Di Tanah Renungan Bung Karno, Gubernur Melki Tegaskan Komitmen Perkuat Ideologi Pancasila
![]() |
Gubernur NTT, Melki Laka Lena jadi Inspektur Upacara peringatan hari Pancasila di kabupaten Ende. Foto : Tim |
Upacara tahun ini mengusung tema “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya.”
Hadir dalam upacara tersebut antara lain Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma, anggota DPR RI asal NTT Andreas Hugo Pareira, anggota DPD RI Angelius Wake Kako, unsur Forkopimda Provinsi dan Kabupaten Ende, para bupati dan wakil bupati se-NTT, pejabat dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, pimpinan perangkat daerah lingkup Provinsi dan Kabupaten Ende, pimpinan perguruan tinggi, camat, kepala desa, unsur TNI–Polri, para kepala sekolah, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda, pelajar, mahasiswa, serta insan pers.
Upacara dimulai tepat pukul 10.00 Wita dan diwarnai dengan semangat kebangsaan. Peserta upacara tampak mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Nusantara, menampilkan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Rangkaian upacara diawali dengan masuknya Komandan Upacara ke lapangan, dilanjutkan dengan laporan kepada Inspektur Upacara, pengibaran Bendera Merah Putih, mengheningkan cipta, pembacaan teks Pancasila oleh Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT, pembacaan Pembukaan UUD 1945 oleh Ketua DPRD Kabupaten Ende, amanat Inspektur Upacara, pembacaan doa, serta persembahan lagu-lagu nasional.
Dalam amanatnya, Gubernur Melki Laka Lena membacakan pidato resmi Kepala BPIP RI, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. Ia menekankan bahwa Hari Lahir Pancasila bukan hanya momen seremonial, tetapi kesempatan untuk meneguhkan kembali komitmen terhadap nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar dan jiwa bangsa Indonesia.
“Hari ini, tanggal 1 Juni 2025, kita kembali memperingati momentum yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia: Hari Lahir Pancasila. Hari ketika kita tidak hanya mengenang rumusan dasar negara, tetapi juga meneguhkan kembali komitmen kita terhadap nilai-nilai luhur yang menjadi pondasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Gubernur Melki menjelaskan, Pancasila bukan sekadar dokumen historis atau teks normatif, melainkan merupakan pedoman hidup bersama, jiwa bangsa, dan bintang penuntun dalam mewujudkan cita-cita Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Ia juga menyoroti pentingnya penguatan ideologi Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan, terutama melalui program strategis BPIP dan delapan agenda prioritas nasional (Asta Cita), salah satunya adalah memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia menuju Indonesia Emas 2045.
Menurutnya, kemajuan ekonomi dan teknologi harus tetap berpijak pada nilai-nilai Pancasila agar tidak menimbulkan ketimpangan dan krisis moral.
“Dalam dunia pendidikan, nilai Pancasila harus ditanamkan sejak dini, tidak hanya secara teoritis tetapi juga dalam praktik keseharian. Di birokrasi, Pancasila harus menjadi semangat dalam pelayanan publik yang adil dan berpihak pada rakyat. Dalam ekonomi, keadilan sosial harus diwujudkan melalui pemberdayaan UMKM dan koperasi. Di ruang digital, nilai-nilai etika, toleransi, dan gotong-royong harus dijaga untuk melawan hoaks dan ujaran kebencian,” tegas Gubernur Melki.
Ia juga menyampaikan bahwa BPIP terus berkomitmen menghadirkan berbagai program penguatan ideologi Pancasila melalui pendidikan, pelatihan ASN, penguatan kurikulum, dan kolaborasi lintas sektor.
“Namun tugas ini tidak bisa dijalankan sendiri. Seluruh elemen bangsa, dari pusat hingga daerah, dari pejabat hingga masyarakat, harus menjadi pelaku utama dalam membumikan Pancasila,” katanya.
Gubernur Melki mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan Peringatan Hari Lahir Pancasila sebagai momentum memperkuat komitmen kebangsaan dan menjadikan Pancasila sebagai sumber inspirasi dalam setiap aspek kehidupan.
“Kita ingin Indonesia yang maju bukan hanya secara teknologi, tetapi juga secara moral. Kita ingin Indonesia yang sejahtera tidak hanya dalam angka statistik, tetapi juga dalam rasa keadilan dan persaudaraan. Dan kita ingin Indonesia yang dihormati dunia karena keluhuran budinya,” pungkasnya.
Upacara ditutup dengan seruan semangat,
“Di Bumi Ende ini, Dirgahayu Pancasila! Jayalah Indonesiaku!” oleh Gubernur Melki.
Usai upacara, Gubernur dan Wakil Gubernur NTT bersama para senator asal NTT, Forkopimda, serta para kepala daerah melanjutkan kegiatan dengan mengikuti penataan Bendera Merah Putih, Patung Garuda Bhinneka Tunggal Ika, serta Lambang Daerah Kabupaten Ende di bawah Pohon Sukun di kompleks Lapangan Pancasila. Lokasi ini dikenal sebagai tempat Bung Karno merenungkan dan merumuskan dasar-dasar negara Indonesia selama masa pengasingannya di Ende pada 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan tarian Gawi bersama di tengah lapangan, diikuti oleh seluruh peserta upacara dalam suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan.
Editor : Ocep Purek