Gagal ke Lembata, Gubernur MLL dan Menteri Wihaji Tinjau Langsung Keluarga Risiko Stunting di Kota Kupang
Keluarga yang dikunjungi adalah ibu Jeni Humsibu, seorang guru Bahasa Indonesia yang memiliki seorang putri bernama Melania Deran Rakmeni, yang saat ini teridentifikasi mengalami kondisi stunting.
Turut mendampingi kunjungan ini, Wakil Wali Kota Kupang Serena Francis, Kepala LLDIKTI Wilayah XV, dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
Dalam arahannya, Menteri Wihaji menjelaskan bahwa kunjungan ini bersifat mendadak karena adanya gangguan penerbangan menuju Lembata akibat erupsi gunung api dan sebaran abu vulkanik.
Rencana penerbangan dari Rote ke Lembata melalui Larantuka pun batal karena alasan keselamatan, sehingga rombongan kembali ke Kupang.
“Saya langsung berkoordinasi dengan pak Gubernur dan Wakil Wali Kota Kupang untuk memanfaatkan waktu ini dengan mengunjungi langsung salah satu keluarga risiko stunting. Setelah saya cek, memang benar, kondisi tinggi badan dan berat badan anak ini tidak sesuai standar usia, bahkan masih setara dengan anak berumur kurang dari 1,3 bulan,” ungkap Wihaji.
Ia menegaskan pentingnya pemantauan berkelanjutan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK), tidak hanya terhadap kondisi anak, tetapi juga asupan gizi sang ibu.
“Ini kerja yang tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh tahapan demi tahapan, dan kami akan terus cek progresnya,” ujarnya.
Menteri Wihaji juga menyoroti bahwa penurunan prevalensi stunting di NTT, khususnya di Kota Kupang, sudah mulai menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kota Kupang menurun dari 29% pada tahun 2023 menjadi 26% pada 2024.
“Ini menjadi bukti bahwa intervensi yang tepat dapat menurunkan angka stunting. Tapi kita juga harus mempertegas aspek edukasi, karena kadang asupan gizinya cukup, tapi perilaku dan pengetahuan masyarakat belum tepat. Di Rote kemarin, saya juga melihat hal yang sama,” tegasnya.
Dalam upaya pengentasan stunting, Wihaji menekankan pentingnya kolaborasi antarpihak, baik dari pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota.
“Kita akan kerja sama dengan Pak Gubernur dan Wakil Wali Kota Kupang untuk memperkuat penanganan stunting di NTT,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur NTT Melki Laka Lena menyampaikan apresiasi atas kunjungan dan perhatian Menteri Wihaji terhadap upaya penanganan stunting di provinsi berbasis kepulauan ini.
“Kami berterima kasih atas komitmen Pak Menteri. Kemarin kami ke Rote, melakukan berbagai kegiatan terkait stunting. Hari ini pun meski batal ke Flores, Pak Menteri tetap hadir dan menjadikan Kota Kupang bagian dari agendanya,” kata Melki.
Ia menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTT siap memperkuat kerja kolaborasi lintas sektor untuk mendukung target nasional penurunan angka stunting.
“Ini adalah kerja bersama semua pihak. Kami bersama kepala daerah dan wakil kepala daerah se-NTT akan menindaklanjuti semua catatan dan arahan dari Pak Menteri,” tegas Melki.
Wakil Wali Kota Kupang Serena Francis juga menyambut baik kehadiran Menteri Wihaji di Kota Kupang dan mengungkapkan bahwa Kota Kupang mengalami tren penurunan angka stunting dari tahun ke tahun. Meski begitu, ia menilai perlunya penguatan pada aspek monitoring, evaluasi, dan edukasi berkelanjutan.
“Terutama edukasi sejak dini bagi anak muda dan perempuan. Pencegahan stunting itu harus dimulai dari tingkat paling awal, bahkan sebelum pernikahan,” ujarnya.
Serena berharap sinergi antara pemerintah pusat dan daerah terus ditingkatkan agar upaya menekan angka stunting bisa berlangsung efektif dan berkelanjutan.
Editor: Ocep Purek