Gubernur Melki Laka Lena Pastikan Pejabat Baru NTT Akan Dievaluasi Tiap 3 Bulan
![]() |
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena |
Langkah ini, kata dia, merupakan bagian dari komitmen membangun birokrasi profesional, berintegritas, dan berorientasi hasil.
“Kami tidak segan-segan melakukan evaluasi berkala. Dalam tiga bulan, enam bulan, akan kita nilai kembali kinerja para pejabat. Kalau tidak sesuai, bisa digeser, diganti, atau dipindahkan. Jabatan ini bukan hak, tapi mandat dan kepercayaan dari Tuhan dan rakyat NTT,” tegas Melki dalam sambutannya saat melantik 617 pejabat administrasi lingkup Pemprov NTT di GOR Oepoi, Rabu (8/10/2025).
Gubernur Melki menyebut evaluasi kinerja akan menjadi budaya baru dalam tata kelola pemerintahan NTT. Ia menegaskan bahwa pelantikan bukan akhir dari proses, melainkan awal perjalanan pengabdian yang akan terus dipantau dan diukur secara objektif.
“Setiap jabatan akan dievaluasi berdasarkan hasil kerja dan dampaknya bagi masyarakat. Tidak ada yang permanen. Hanya mereka yang bekerja dengan hasil nyata dan integritas tinggi yang akan dipertahankan,” ujarnya.
Menurutnya, birokrasi NTT tidak boleh lagi terjebak dalam pola kerja administratif tanpa dampak. Setiap pejabat, terutama yang baru dilantik, harus mampu membuktikan kinerjanya di lapangan.
“Kita tidak ingin ASN hanya sibuk dengan laporan di belakang meja. Semua kegiatan harus punya dampak, harus terasa manfaatnya bagi rakyat,” tambahnya.
Menepis anggapan bahwa pelantikan pejabat didasari oleh kedekatan pribadi, Gubernur Melki menjelaskan bahwa seluruh nama yang dilantik merupakan hasil rekomendasi tim Baperjakat melalui proses pertimbangan panjang.
Namun, ia menegaskan kembali: yang menentukan bertahan atau tidaknya seseorang di jabatan itu adalah kinerja, bukan hubungan personal.
“Saya tahu ada banyak catatan dan masukan dari berbagai pihak, bahkan sampai ke istri saya,” katanya disambut tawa hadirin. “Tapi kami tidak bekerja atas dasar kedekatan. Semua akan dievaluasi secara obyektif dan periodik.”
Ia menambahkan, sistem rotasi dan evaluasi yang ketat akan memastikan posisi strategis diisi oleh figur terbaik yang benar-benar memberi kontribusi bagi kemajuan daerah.
Melki menilai bahwa birokrasi harus berubah dari pola jabatan simbolik menjadi jabatan yang benar-benar menghasilkan perubahan.
“Jabatan ini bukan hadiah, tapi ruang pengabdian. Ukurannya sederhana: apakah yang kita kerjakan memberi dampak atau tidak. Kalau tidak berdampak, berarti kita perlu diperbaiki atau diganti,” tandasnya.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antar-OPD agar setiap program pemerintah memiliki hasil nyata, terutama program prioritas seperti One Village One Product dan penguatan ekonomi lokal berbasis desa.
“Tidak bisa kerja sendiri-sendiri. Birokrasi yang sehat adalah birokrasi yang kolaboratif dan berdampak bagi masyarakat,” kata Gubernur Melki.
Mengakhiri arahannya, Gubernur Melki mengingatkan para pejabat agar tidak menjadikan jabatan sebagai zona nyaman.
“Ini bukan jabatan yang berlangsung lama. Kami akan terus evaluasi secara berkala. Yang penting bukan seberapa lama Anda duduk di kursi itu, tapi seberapa besar dampak kerja Anda bagi rakyat NTT,” ujarnya.
“Ayo melayani dengan hati, bekerja dengan nurani. Ayo kerja nyata, bukan kerja biasa. Ayo memimpin dengan teladan, mengabdi tanpa pamrih. Ayo bangun NTT!”
Editor: Ocep Purek