Melki Laka Lena Konsolidasikan Diaspora NTT: Langkah Cepat Bangun Daerah
![]() |
| Sambutan Gubernur NTT Melki Laka Lena dalam acara Pertemuan Diaspora NTT di aula rumah jabatan Gubernur NTT. Foto: Ocep Purek |
Penegasan itu disampaikan saat membuka Pertemuan Diaspora NTT bertema “Kolaborasi dan Sinergi untuk Kemajuan NTT” di Aula Rumah Jabatan Gubernur, Jumat (12/12/2025).
Forum ini dihadiri Anggota DPRD NTT An Kolin, perwakilan Bank Indonesia NTT, Dirut Bank NTT, pimpinan OPD, pimpinan diaspora Indonesia dan mancanegara, dengan tagline “Beta NTT, Manis dan Bae, Baku Sayang -Baku Jaga, Ayo Bangun NTT.”
Gubernur Melki mengungkapkan bahwa penguatan diaspora merupakan visi yang telah ia rumuskan sejak pencalonannya pada Pilgub 2013.
“Sejak saya pertama kali mencalonkan diri, mimpi saya adalah membuat diaspora terhubung secara baik agar menjadi kekuatan bersama yang menggerakkan NTT. Potensi diaspora sangat luar biasa besar,” tegasnya.
Ia merujuk pengalamannya sebagai Ketua Ikatan Keluarga NTT (IKNTT) Yogyakarta tahun 2000–2002, yang waktu itu beranggotakan sekitar 15.000–20.000 orang.
“Saya sering keliling NTT bersama para ketua ikatan keluarga di Yogyakarta. Dari situ saya melihat kekuatan diaspora kita sebenarnya sangat besar, tetapi belum pernah dikonsolidasikan secara baik,” ujarnya.
Melki juga menyampaikan bahwa selama menjadi anggota DPR RI ia selalu menyempatkan diri bertemu diaspora di berbagai daerah karena kerinduan besar masyarakat NTT di perantauan untuk terhubung dengan pemimpinnya.
Masalah kependudukan seperti KTP, KK, dan dokumen administrasi lainnya disebut sebagai persoalan mendesak yang banyak dialami diaspora.
Gubernur menegaskan bahwa jaringan kependudukan nasional kini memungkinkan percepatan layanan.
“Seluruh dukcapil di Indonesia sekarang saling terhubung. Warga NTT yang butuh KTP di tempat tinggalnya bisa dibantu dengan cepat. Ini soal kecil, tapi manfaatnya luar biasa untuk akses BPJS dan bantuan sosial,” jelasnya.
Melki turut menjelaskan berbagai potensi diaspora yang ia temukan saat kunjungan kerja di berbagai provinsi:
Papua Barat dan Papua Barat Daya, Banyak warga NTT terlibat di sektor konstruksi dan Kain Timor menjadi komoditas bernilai tinggi, bahkan dijual hingga Rp500 juta per lembar, Pemerintah diminta menelusuri akar sejarah tingginya nilai kain tersebut.
Batam dan Kepri, Diaspora memegang posisi strategis termasuk di DPRD Kepri serta Kasus hukum yang melibatkan warga Sumba berhasil ditangani hingga pelaku dihukum maksimal.
Bali, Diaspora NTT di Bali menghadapi stigma sosial, Forum diaspora disebut penting untuk mencari solusi agar warga tidak kehilangan tempat tinggal atau akses pekerjaan.
Kalimantan, Banyak transmigran NTT yang belum memiliki dokumen kependudukan lengkap sehingga menyulitkan pengurusan berbagai layanan.
Malang dan pulau Jawa lainnya, Diaspora NTT mencapai sekitar 20.000 jiwa banyak yang merasa belum pernah disapa pemimpin sebelumnya.
Kemudian Potensi politik diaspora. Gubernur mencontohkan figur Haji Sulaiman Hamzah, warga Lembata yang pernah terpilih sebagai anggota DPR RI dari Dapil Papua.
“Itu prestasi luar biasa. Orang NTT bisa terpilih dari wilayah lain karena kerja keras dan diterima masyarakat di sana,” kata Melki.
Gubernur menjelaskan bahwa pola transfer ke daerah kini berubah, sehingga daerah harus menyesuaikan strategi fiskal.
“Dulu anggaran ditransfer ke daerah untuk dikelola langsung. Sekarang banyak program ditarik ke pusat. Kita harus atur kembali pola penganggaran agar tetap berjalan,” tegasnya.
Ia mengungkapkan ada satu kabupaten di NTT yang masih belum menyelesaikan dokumen anggaran karena belum ada kesepakatan antara bupati dan DPRD.
“Saya minta semua pihak mengedepankan gotong royong. Jangan ada yang menghambat kepentingan masyarakat,” katanya.
Gubernur menegaskan bahwa arah pembangunan ekonomi NTT ke depan harus bertumpu pada ekonomi kerakyatan.
Ia menyinggung pola konsumtif masyarakat, termasuk pinjaman yang digunakan bukan untuk usaha produktif.
“Kita tidak bisa hanya menggerakkan ekonomi konsumtif. Kita ingin uang berputar di bawah, UMKM bergerak, dan PAD bisa meningkat,” ujarnya.
Melki meminta perbankan di NTT menyesuaikan kebijakan kredit agar mendorong sektor produktif.
Sementara itu, Kepala Badan Penghubung NTT, Florida Taty Satyawati, melaporkan bahwa rakor diaspora digelar untuk menjawab tantangan mendesak pembangunan NTT, antara lain:
Tingginya angka kemiskinan dan stunting, Kesenjangan pembangunan antarwilayah, Penguatan ekonomi lokal, Potensi diaspora yang belum optimal, Banyaknya persoalan kependudukan warga NTT di luar daerah, Perlunya sinergi lintas sektor untuk efektivitas program.
“Diaspora kita memiliki SDM unggul, jaringan bisnis, keahlian, dan potensi investasi besar. Tapi kontribusi itu belum terintegrasi secara maksimal,” ujar Taty.
Ia menyebut rakor ini dihadiri diaspora dari 17 provinsi, termasuk Sumatera, Batam, Kalimantan, Papua Barat, Papua Barat Daya, Jayapura, hingga satu perwakilan dari Kanada.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan paparan, Sesi I: Inisiatif dan potensi kolaborasi Diaspora NTT, lembaga mitra, dan Pemprov dan Sesi II: Progres pembangunan dan prioritas NTT tahun 2026.
Besoknya, peserta diaspora dijadwalkan menghadiri pembukaan Pameran Pembangunan HUT Provinsi NTT ke-67 di mana perwakilan diaspora akan tampil di panggung untuk menyapa masyarakat.
Editor: Ocep Purek
