Buka Evaluasi UTBK SNBT 2025, Gubernur Melki Laka Lena Soroti Rendahnya Minat Kuliah di NTT
![]() |
Sambutan Gubernur NTT, Melki Laka Lena dalam acara Evaluasi Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025, Kamis (22/5/2025). Foto : Ocep Purek |
Kegiatan ini diikuti oleh para kepala SMA, SMK, dan MA se-NTT di Aula Lantai 3 Gedung Rektorat Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.
Dalam sambutannya, Gubernur Melki menekankan pentingnya sinergi antara sekolah, pemerintah, dan perguruan tinggi dalam memperkuat kesiapan siswa menghadapi UTBK, baik dari aspek akademik maupun mental, psikologis, dan karakter.
“UTBK SNBT ini bukan sekadar ujian biasa, tapi cerminan sistem seleksi yang adil dan objektif. Namun, anak-anak kita tidak bisa disiapkan hanya dengan pengetahuan. Kita butuh pola pembinaan yang menyeluruh, menyentuh mental dan daya juang mereka,” ujarnya.
Gubernur juga menyoroti kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia dalam pelaksanaan UTBK berbasis komputer, serta peran strategis Undana sebagai pusat pelaksanaan UTBK di NTT.
Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia, relawan, dan tenaga teknis yang terlibat, serta mengingatkan pentingnya menjaga prinsip integritas dan keadilan dalam proses seleksi.
Dalam evaluasinya, Gubernur Melki menyampaikan keprihatinan atas rendahnya angka partisipasi pendidikan tinggi di NTT. Berdasarkan data BPS, pada 2024 hanya 32 persen lulusan SMA/SMK/SLB di NTT yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Dari sekitar 300.000 lulusan, hanya sekitar 125.000 yang melanjutkan kuliah.
“Kita harus cari tahu kenapa mereka tidak lanjut kuliah. Kalau alasannya biaya atau akses, pemerintah harus hadir. Tapi kalau karena sistem pembinaan di sekolah tidak mendorong anak untuk bermimpi, itu yang harus kita ubah,” tegasnya.
Gubernur juga menyinggung kisah sukses Prof. Yohanes Surya yang membina siswa dari Papua Pegunungan menjadi juara olimpiade internasional sebagai bukti bahwa tidak ada anak yang bodoh, melainkan sistem yang belum optimal dalam membina potensi.
“Mulai tahun depan, semua kepala sekolah wajib memetakan minat, bakat, dan kemampuan siswa. Anak-anak kita harus diarahkan sejak dini berdasarkan potensi dan peluang daerah maupun nasional,” katanya.
Ia juga menyoroti persoalan penyaluran bantuan pendidikan yang kerap tidak tepat sasaran. Gubernur mengingatkan pentingnya validitas data siswa penerima bantuan agar tidak menimbulkan masalah hukum.
“Jangan sampai bantuan diberikan bukan ke yang berhak. Kalau datanya asal, itu bisa jadi masalah hukum. Ini warning serius untuk semua pihak,” tegasnya.
Pemerintah provinsi, lanjut Gubernur, akan terus memperjuangkan beasiswa berbasis potensi lokal dan pendampingan intensif bagi siswa kurang mampu, termasuk mengoptimalkan program KIP Kuliah melalui koordinasi dengan kementerian terkait.
Menutup sambutannya, Gubernur menegaskan pentingnya peran Undana sebagai kampus rujukan di NTT dan mendorong seluruh perguruan tinggi di NTT menjaga kualitas layanan akademik dan proses seleksi yang adil.
“Undana sudah pasti bagus. Tapi kampus lain juga harus menjadikan proses UTBK yang transparan ini sebagai inspirasi. Kita harus menciptakan ruang yang layak bagi anak-anak NTT untuk bertumbuh, kuliah, dan membangun masa depan mereka,” tandasnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Nusa Cendana, Prof. Dr. Maxs U. Sanam mengajak seluruh kepala sekolah menengah di NTT untuk mengevaluasi kurikulum dan metode pembelajaran guna meningkatkan capaian nilai UTBK.
“Ini bagian dari tanggung jawab Undana dalam mendukung peningkatan mutu pendidikan menengah di NTT,” ujar Prof. Maxs.
Ia menambahkan, evaluasi ini merupakan dukungan Undana terhadap program prioritas Gubernur NTT, khususnya pendampingan siswa dalam mengakses pendidikan tinggi yang berkualitas, termasuk pendidikan kedinasan.
Prof. Maxs mengungkapkan bahwa dalam tiga tahun terakhir (2020–2022), belum ada satu pun sekolah di NTT yang masuk 100 besar nasional dalam capaian nilai UTBK. Bahkan dari 1.000 sekolah terbaik nasional, hanya SMA Kristen 2 Kupang yang masuk dalam daftar dengan peringkat ke-725.
“Bandingkan dengan MAN Insan Cendekia Serpong yang mencapai rata-rata 601. Artinya gap kita tidak terlalu jauh. Kita masih bisa kejar,” ujarnya.
Menurutnya, tantangan terbesar terletak pada ketidaksesuaian kurikulum dan metode pengajaran dengan karakter soal UTBK, yang lebih menekankan kemampuan berpikir logis, analitis, dan pemahaman wacana.
“Banyak siswa masih kesulitan memahami soal sederhana. Kalau kita ingin mereka bersaing, pembelajaran harus berbasis logika dan pemahaman, bukan hafalan semata,” katanya.
Rektor juga menekankan pentingnya peningkatan portfolio siswa melalui keikutsertaan dalam lomba akademik nasional sebagai modal dalam seleksi jalur prestasi maupun mandiri berbasis portofolio.
Meskipun Undana telah menyandang status kampus unggul, kapasitas daya tampung masih terbatas. Dari sekitar 1,5 juta lulusan SMA/SMK/MA nasional tahun ini, hanya 230.000 yang dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
“Sebagian besar harus mencari alternatif ke Perguruan Tinggi Swasta. Maka sekolah dan pemerintah harus kolaboratif menyiapkan siswa sejak dini agar bisa menembus kampus unggulan, baik di dalam maupun luar negeri,” tegasnya.
Sebagai penutup, Rektor mengingatkan pentingnya pembenahan kurikulum dan pelatihan guru secara sistematis, serta peran aktif sekolah dalam memfasilitasi pendaftaran siswa pada berbagai jalur seleksi, termasuk KIP Kuliah.
“Jangan sampai ada sekolah bilang siswanya tidak daftar karena mengira semua jalur seleksi itu sama. Ini tanggung jawab kepala sekolah dan operator,” pungkasnya.
Editor : Ocep Purek