Hadiri Forum Kebijakan Kesehatan NTT, Gubernur Melki Usulkan Pengawas Kesehatan di Setiap Rumah
![]() |
Sambutan Gubernur NTT, Melki Laka Lena dalam acara Forum Koordinasi dan Konsolidasi Arah Kebijakan Kesehatan di Provinsi NTT. Foto: Ocep Purek |
Kegiatan strategis ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasa Nugraha, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, serta para kepala daerah seperti Bupati Soe, Bupati Lembata, Wakil Wali Kota Kupang, Wakil Bupati Rote Ndao, dan Kepala Dinas Kesehatan se-Provinsi NTT.
Dalam sambutannya, Gubernur Melki menekankan bahwa tantangan pembangunan kesehatan di NTT sangat kompleks dan tidak bisa disamakan dengan pendekatan di wilayah lain.
“Kondisi struktural dan geografis kita yang unik, dengan wilayah yang luas dan terpisah-pisah, menuntut pendekatan kebijakan yang kontekstual, responsif, dan berpihak pada kebutuhan masyarakat di akar rumput,” ujarnya.
Ia menyambut baik berbagai langkah pemerintah pusat dalam penguatan layanan primer, percepatan penanganan stunting, serta pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) berbasis kinerja. Menurutnya, hal tersebut merupakan peluang penting untuk mendorong transformasi kesehatan yang nyata dan terukur.
Gubernur Melki juga menegaskan bahwa sektor kesehatan menjadi pondasi utama pembangunan sumber daya manusia di NTT.
“Visi-misi kami bersama Pak Wagub Joni Asadoma adalah menjadikan NTT yang sehat dulu, baru cerdas, maju, sejahtera, dan berkelanjutan. Karena kesehatan adalah pintu masuk bagi segala upaya pembangunan,” tegasnya.
Salah satu usulan inovatif yang disampaikan Gubernur Melki adalah menyiapkan satu orang di setiap rumah baik suami, orang tua, maupun mertua yang dapat menjadi perpanjangan tangan layanan kesehatan untuk ibu hamil dan menyusui. Ia mengibaratkan peran ini seperti “jumantik” rumah tangga, yang memantau dan mencatat kondisi ibu dan anak secara langsung.
Selain itu, Gubernur Melki juga mengangkat pentingnya kerja sama dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Ia menyinggung pengalamannya sebagai Ketua Panitia Khusus DPR RI yang membahas Undang-Undang Kesehatan terbaru.
“Kami membahasnya tiga bulan penuh pagi, siang, malam, sampai dini hari. Dikecam, didemo, tapi tidak mundur. Hasilnya, kita punya regulasi yang menjadi dasar transformasi kesehatan terbaik menurut Bank Dunia,” ungkapnya.
Melalui forum ini, Gubernur berharap dapat dihasilkan rumusan langkah konkret yang mampu mendokumentasikan praktik-praktik baik dari daerah dan membangun mekanisme kerja yang sistematis ke depan.
Ia juga mendorong para kepala daerah dan jajaran kesehatan untuk aktif menyusun usulan program dan anggaran kesehatan untuk 2026, dengan memanfaatkan momentum kehadiran pejabat pusat.
“Kita harus tahu apa yang ingin diminta dari pusat, entah untuk bangunan Puskesmas, alat kesehatan, atau layanan lainnya. Jangan ragu mengusulkan. Ini forum evaluasi sekaligus perencanaan ke depan,” katanya.
Menutup sambutannya, Gubernur Melki mengajak seluruh peserta untuk membangun sistem dan ekosistem kesehatan yang tangguh dari desa hingga pusat.
“Ayo kita bangun NTT yang sehat, dari desa sampai ke Asia Tenggara. Ayo sehat bersama, ayo bangun NTT” serunya penuh semangat.
Editor : Ocep Purek