Melki-Johni Kompak Dorong Lompatan PAD NTT: Demi Jalan Mulus, Sekolah Layak, dan Rumah Sakit Manusiawi
![]() |
Gubernur dan Wakil Gubenur NTT memimpin rapat Koordinasi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Aula Fernandez. Foto: Ocep Purek |
Dalam Rapat Koordinasi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Aula Fernandez, Kamis (26/6/2025), keduanya menggelorakan semangat kolaborasi lintas sektor demi mewujudkan target PAD sebesar Rp2,8 triliun.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 26–27 Juni 2025, dan dihadiri jajaran pimpinan OPD, Kepala Perwakilan Bank Indonesia, perwakilan Bank Mandiri, Plt Direktur Bank NTT, serta para staf ahli gubernur.
Wakil Gubernur Johni Asadoma dalam arahannya mengungkapkan dengan nada yang jujur dan penuh harap, bahwa perjuangan meningkatkan PAD bukan semata angka, tetapi soal kesejahteraan nyata masyarakat.
“Jalan kita masih banyak yang belum mulus. Sekolah-sekolah darurat dengan dinding daun dan lantai tanah masih ada. Rumah sakit umum pun sudah tak mampu menampung pasien. Kita harus sanggup! PAD adalah nafas untuk pembangunan,” tegas Johni dengan suara bergetar, menggambarkan betapa beratnya beban pelayanan publik saat fiskal daerah masih terbatas.
Ia juga membandingkan PAD NTT dengan daerah lain. Kabupaten Badung, Bali, memiliki PAD hampir Rp 9 triliun, sementara NTT yang memiliki luas wilayah dan penduduk lebih besar baru mencapai Rp 1,4 triliun. Bahkan NTB sudah melampaui Rp 3 triliun.
“Ini bukan soal iri, tapi soal potensi kita yang belum tergarap maksimal. Pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata semuanya kita punya. Kita hanya perlu tekad, kerja cerdas, dan komitmen yang sama,” ujarnya penuh semangat.
Sementara itu, Gubernur Melki Laka Lena dalam arahannya menyampaikan bahwa untuk mencapai angka Rp 2,8 triliun, NTT butuh lompatan, bukan sekadar langkah.
“Kita tidak bisa lagi jalan santai. Ini saatnya lompat bersama. Dari PAD Rp1,4 triliun ke Rp2,8 triliun, itu bukan sekadar naik. Itu lompatan besar yang butuh energi kolektif,” kata Melki yang disambut tepuk tangan hadirin.
Ia menyampaikan bahwa saat ini lebih dari separuh APBD NTT 56% tersedot untuk belanja pegawai. Situasi ini dinilainya tidak sehat. Belanja publik menjadi minimal dan menyulitkan pemerintah menjalankan program-program prioritas seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
“Mari jadikan ini momentum untuk keluar dari zona nyaman. Saat fiskal kita terbatas, di situlah kreativitas harus muncul. Kita harus berani mandiri, tidak tergantung terus pada pusat,” kata Melki.
Ia juga menekankan pentingnya menggandeng semua sektor, termasuk perbankan dan dunia usaha, dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang bergerak bersama. Ia mencontohkan gerakan Beli Produk NTT yang sudah mulai digerakkan dari komunitas-komunitas gereja dan masjid hingga hotel-hotel yang kini gencar mempromosikan produk lokal.
Gubernur dan Wakil Gubernur kompak menyampaikan bahwa perjuangan meningkatkan PAD bukan sekadar demi pencapaian angka, tetapi untuk membawa perubahan konkret bagi rakyat.
“Bayangkan, dari setiap tambahan Rp 1 triliun PAD, kita bisa membagikan Rp 30 miliar insentif halal bagi para pencari PAD. Ini bukan sekadar upaya birokrasi, ini gotong royong yang berdampak nyata,” ujar Melki.
Ia menutup sambutan dengan sebuah harapan besar, bahwa seluruh rangkaian diskusi dua hari ini akan melahirkan strategi konkret, lintas OPD, yang bisa dieksekusi dengan semangat kebersamaan.
“Saya percaya, kalau kita sungguh-sungguh, tidak ada yang mustahil. Tuhan pasti memberkati setiap langkah tulus untuk membangun daerah ini,” tutup Melki sembari secara resmi membuka Rakor Optimalisasi PAD NTT menuju Rp 2,8 triliun.
Acara kemudian dilanjutkan dengan paparan dari perwakilan Bank Indonesia, Bank Mandiri, dan Bank BCA, dan Bank NTT mengenai potensi perbankan dalam mendukung akselerasi PAD, sebelum masuk ke sesi pemaparan OPD pada malam harinya.
Editor: Ocep Purek