News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Gubernur NTT Ingatkan Kelestarian Alam, Pembangunan Berkelanjutan, dan Spiritualitas Ekologi di Seminar Nasional STT IKAT

Gubernur NTT Ingatkan Kelestarian Alam, Pembangunan Berkelanjutan, dan Spiritualitas Ekologi di Seminar Nasional STT IKAT

Gubernur NTT, Melki Laka Lena menghadiri sekaligus memberikan materi utama pada Seminar Nasional Sekolah Tinggi Theologia (STT) IKAT Jakarta. Foto: Ocep Purek 
Kupang,NTTPride.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Melki Laka Lena menghadiri sekaligus memberikan materi utama pada Seminar Nasional Sekolah Tinggi Theologia (STT) IKAT Jakarta bertema “Bersahabat Dengan Alam” yang berlangsung di Swiss-Belcourt Kupang, Selasa (23/9/2025).

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-40 STT IKAT Jakarta tahun 2026, dan dihadiri jajaran pimpinan, akademisi, serta tokoh masyarakat.

Direktur Pascasarjana STT IKAT Jakarta, Pdt. Dr. Abdon Amtiran, M.Th, dalam laporan panitia sekaligus perkenalan kampus, menjelaskan bahwa seminar ini merupakan salah satu dari 49 topik yang digelar di berbagai tempat di Indonesia.

Seminar ini adalah bagian dari rangkaian menyongsong 40 tahun Dies Natalis STT IKAT. Ada 49 topik di berbagai kota, termasuk seminar internasional, dan setiap bulan kami hadir di tengah masyarakat sebagai bentuk pengabdian. Tema Bersahabat dengan Alam yang dibedah hari ini sangat relevan di tengah isu global perubahan iklim dan kerusakan lingkungan,” jelasnya.

Pdt. Abdon juga memaparkan profil STT IKAT sebagai sekolah tinggi teologi inklusif yang didirikan hampir 40 tahun lalu, dengan program sarjana (S1 Teologi dan Pendidikan) serta empat program pascasarjana (Doktor Teologi, Magister Pendidikan Kristen, Magister Teologi, dan program studi lainnya).

Semua ini adalah anugerah Tuhan, dan seminar-seminar seperti ini menjadi wujud pengabdian kami bagi masyarakat. Kehadiran Bapak Gubernur sebagai keynote speaker adalah bentuk apresiasi yang tinggi bagi kami, di tengah kesibukan beliau masih menyempatkan hadir,” tambahnya.

Dalam sambutannya, Rektor STT IKAT Jakarta, Pdt. Dr. Jimmy Lumintang, MBA, M.Th, menegaskan bahwa menjaga alam berarti menjaga manusia dan masa depan generasi.

Sabana luas, pantai biru, dan keramahan orang NTT mengingatkan kita bahwa alam bukan hanya tempat hidup, tetapi rumah yang Tuhan titipkan untuk kita rawat. Tema Bersahabat dengan Alam lahir dari kesadaran bahwa menjaga alam sama dengan menjaga anak-anak kita, keluarga kita, dan masa depan gereja,” ungkapnya.

Rektor Lumintang menekankan bahwa seminar ini bagian dari upaya menegakkan kembali spiritualitas ekologi melalui kebijakan pemerintah, suara komunitas lokal, dan panggilan gereja. Ia juga menyinggung kiprah STT IKAT yang menghadirkan pendidikan teologi yang membumi, bahkan hingga ke desa-desa, pesisir, ladang, dan gereja kecil.

Kehadiran Bapak Gubernur NTT bersama para akademisi, tokoh masyarakat, dan pemimpin gereja adalah tanda bahwa suara rakyat, suara iman, dan suara akademisi tidak boleh berhenti. Diskusi seperti ini akan melahirkan ide-ide baru dan komitmen nyata menjaga alam,” ujar Rektor Lumintang penuh semangat.

Dalam paparan materi sekaligus pembukaan resmi seminar, Gubernur NTT Melki Laka Lena menegaskan bahwa pembangunan di NTT harus sejalan dengan kelestarian lingkungan.

Ia memaparkan kondisi demografis dan geografis NTT yang terdiri dari 5,7 juta penduduk, 22 kabupaten/kota, 69 pulau (42 berpenghuni), dengan luas daratan sekitar 46 ribu km² dan lautan lebih dari 200 ribu km².

Menurutnya, kekayaan biodiversitas, bahasa daerah, hingga potensi pertanian, peternakan, kelautan, dan pariwisata harus dijaga dengan serius. Untuk itu, ada empat prinsip utama yang harus dipegang:

1. Efisiensi penggunaan sumber daya – tidak boleh dihabiskan oleh satu generasi.

2. Keadilan antar-generasi – generasi mendatang harus tetap mendapat warisan alam.

3. Partisipasi masyarakat – pelestarian tidak bisa hanya diatur pemerintah.

4. Integrasi pembangunan dan ekologi – pembangunan harus sejalan dengan tata ruang dan konservasi.

Melki mengingatkan ancaman serius dari tekanan pembukaan tambang di berbagai wilayah NTT, termasuk mangan dan emas. Ia menegaskan tidak akan mengizinkan investasi tambang tanpa ada kesepakatan bersama dan jaminan kelestarian lingkungan.

Kita belajar dari pengalaman di Flores dan beberapa daerah lain. Banyak tambang yang pada awalnya disetujui, tetapi belakangan justru meninggalkan kerusakan. Karena itu, jika menyangkut lingkungan, kami tegas: tidak ada izin tanpa kejelasan pengelolaan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti kebiasaan masyarakat membuka lahan dengan membakar hutan yang memperparah deforestasi dan degradasi lahan. 

Kita masih menghadapi pola pikir lama, membakar lahan karena dianggap lebih mudah. Padahal dampaknya sangat merugikan ekosistem,” tambahnya.

Selain itu, Gubernur menekankan perlunya penguatan regulasi pro-lingkungan, pengawasan konservasi laut dan darat, program desa hijau, desa tangguh iklim, embung, pertanian organik, perikanan ramah lingkungan, serta transisi menuju energi bersih.

Melki juga menekankan pentingnya partisipasi kelompok agama, adat, akademisi, dan organisasi kepemudaan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ia mengapresiasi advokasi yang dilakukan gereja, universitas, dan LSM lingkungan di NTT.

Alam NTT menghadapi tekanan besar, tetapi kita punya kesempatan untuk menjaga dan mengelolanya dengan bijak. Pembangunan sektor apapun pariwisata, pertanian, energi pasti ada dampak. Tugas kita adalah meminimalkan dampak itu agar NTT tetap lestari,” tutup Gubernur Melki Laka Lena.

Seminar Nasional STT IKAT Jakarta di Kupang menghadirkan para narasumber lintas disiplin dengan moderator akademisi nasional. Kehadiran Gubernur NTT, civitas akademika STT IKAT, tokoh agama, dan komunitas masyarakat menjadi wujud kolaborasi nyata dalam membangun kesadaran ekologis.

Melalui seminar ini, STT IKAT menegaskan kembali panggilan iman dan akademisnya: bahwa menjaga alam adalah bagian dari menjaga martabat manusia, keluarga, dan masa depan bangsa.

Editor: Ocep Purek 

TAGS

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.