Tutup HUT GKR ke-60 di Soe, Gubernur Melki: GKR Harus Jadi Wisata Religi dan Pemberdayaan Ekonomi Jemaat
![]() |
Penyalaan lilin pengutusan, simbol penyebaran kasih Kristus ke tengah masyarakat. Foto: Ocep Purek |
Perayaan akbar ini digelar selama empat hari sejak 22–26 September 2025, dihadiri sekitar 8.000 jemaat dari berbagai daerah dan mancanegara.
Sejumlah tokoh penting turut hadir, antara lain Ketua DPRD NTT Emi Nomleni, Wakil Bupati TTS Jhony Army Konay, SH., MH., Ketua DPRD TTS, Sekretaris Daerah TTS, Forkopimda, pimpinan OPD, serta para pendeta dan hamba Tuhan dari Afrika, Eropa, Belanda, Australia, Tiongkok, Singapura, dan Timor Leste.
Acara puncak diawali dengan tarian adat dari tiga suku besar di TTS, yakni Molo, Amanatun, dan Amanuban.
Ketua Panitia Matias Neolaka dalam laporannya menyampaikan rasa syukur atas dukungan semua pihak sehingga GKR ke-60 dapat terselenggara dengan baik.
“Melihat bapak ibu dari Provinsi NTT dan Kabupaten Timor Tengah Selatan hadir di tengah-tengah umat yang memenuhi GOR ini, kami memberi hormat kepada Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena. Seminar selama lima hari berjalan lancar, dan malam ini sekitar 8.000 orang hadir mengikuti kegiatan,” ungkapnya.
Meski ada beberapa kendala, Matias menegaskan hal itu tidak mengurangi semangat dan sukacita perayaan iman. Ia kemudian menyerahkan kesempatan kepada Gubernur NTT untuk memberikan sambutan sekaligus menutup kegiatan secara resmi.
Wakil Bupati TTS, Jhony Army Konay, SH., MH., dalam sambutannya menekankan pentingnya keterbukaan serta sinergi antara gereja dan pemerintah.
“Lebih baik teguran yang nyata daripada kasih yang tersembunyi. Panitia jangan ragu untuk menyampaikan kendala, karena ini adalah era transparansi,” ujarnya.
Jhony mengaku bangga bahwa GKR yang sudah berlangsung sejak lama tetap konsisten menjadi bagian dari kehidupan rohani masyarakat TTS. Ia juga menyinggung program wisata religi yang akan dikembangkan pemerintah daerah.
“Gereja dan pemerintah adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan sama-sama melayani. Tema ‘Saling Mengasihi’ ini harus diwujudkan dalam program-program ke depan, termasuk dimasukkan dalam pembahasan anggaran murni 2026. Pemerintah tidak akan menutup mata terhadap kegiatan besar seperti ini,” tegasnya.
Jhony menambahkan, program wisata religi akan memperkuat posisi TTS sebagai kota doa dan mendorong pemerintah untuk mengambil bagian lebih besar dalam mendukung perayaan GKR di tahun-tahun mendatang.
Dalam sambutannya, Gubernur NTT Melki Laka Lena menekankan bahwa usia 60 tahun GKR adalah tonggak sejarah yang harus semakin memperkokoh iman, pelayanan, dan kasih umat.
“Kasih bukan sekadar perasaan, melainkan tindakan nyata yang tumbuh dari iman, kebajikan, pengetahuan, ketekunan, dan kesalehan. Pertumbuhan rohani sejati memuncak dalam kasih yang tulus, kasih yang menjadi perekat komunitas serta kekuatan dalam pelayanan,” kata Melki.
Ia mengingatkan bahwa doa adalah denyut nadi dari GKR.
“Tanpa doa, kebangunan akan padam. Dengan doa yang sungguh-sungguh dan kasih yang tulus, GKR akan terus menyala dan menjadi terang bagi generasi mendatang,” tambahnya.
Melki mengaitkan GKR dengan peristiwa iman besar, yakni mukjizat pertama Yesus mengubah air menjadi anggur di Kana. Ia menegaskan bahwa peringatan GKR di Soe memiliki potensi yang sama untuk menjadi inspirasi iman sekaligus destinasi wisata religi.
“Peristiwa ini harus kita dokumentasikan dengan baik, menjadi bagian dari edukasi generasi muda, sekaligus membuka ruang ekonomi jemaat. Ada banyak hal yang bisa dikembangkan, mulai dari cenderamata, narasi sejarah, hingga aktivitas ekonomi jemaat yang berakar dari peristiwa iman ini,” jelasnya.
Menurutnya, GKR bisa dikembangkan sebagai pemberdayaan komunitas jemaat melalui program One Village One Product atau Community One Product.
“Souvenir atau produk lokal bernuansa rohani dapat menjadi identitas sekaligus penggerak ekonomi umat,” ujar Melki.
Melki menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat, baik gereja maupun pemerintah daerah. Ia menekankan bahwa kolaborasi ini adalah bukti nyata kasih yang diwujudkan dalam tindakan bersama.
“Sinergi ini membuktikan bahwa kalau kita bersama-sama, apapun bisa kita lakukan dengan baik. Peristiwa iman yang kita rayakan ini tidak hanya memperkokoh iman, tetapi juga dapat memberi dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat TTS dan NTT,” ucapnya.
Sebagai tanda penutupan, Gubernur Melki memukul gong disaksikan seluruh jemaat. Ia juga menyerahkan bantuan berupa 1 ton beras kepada panitia sebagai bentuk dukungan pemerintah provinsi NTT.
Acara puncak ditutup dengan penyalaan lilin pengutusan, simbol penyebaran kasih Kristus ke tengah masyarakat. Seluruh jemaat kemudian diingatkan kembali bahwa GKR adalah gerakan rohani yang lahir dari doa, bertumbuh dalam kasih, dan terus menyala untuk generasi yang akan datang.
Editor: Ocep Purek