NTT Jadi Tuan Rumah Festival Asia Pasifik–Melanesia 2025: Dunia Akan Menari di Tanah Flobamorata
![]() |
| Foto: Ocep Purek |
Kupang,NTTpride.com— Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan kembali mencatat sejarah penting di panggung internasional. Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengumumkan bahwa NTT ditunjuk menjadi tuan rumah Festival Kebudayaan Asia Pasifik, terutama Melanesia, yang akan digelar pada 11-13 November mendatang.
Kabar tersebut disampaikan Gubernur Melki saat menjadi Pembina Upacara sekaligus membuka Kegiatan Kemah Budaya Tahun 2025 bertema “Satu Tenda, Seribu Cerita Budaya Flobamorata” yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT di UPTD Taman Budaya Kupang, Rabu (22/10/2025).
Dalam amanatnya, Gubernur Melki menyampaikan bahwa keputusan pemerintah pusat menunjuk NTT sebagai tuan rumah festival budaya tingkat Asia Pasifik merupakan bentuk penghargaan terhadap kekayaan budaya dan keramahan masyarakat NTT yang telah meninggalkan kesan mendalam bagi Menteri Kebudayaan.
“Semalam saya ditelepon oleh Menteri Kebudayaan, Bapak Fadli Zon, dan beliau menyampaikan kabar gembira bahwa NTT akan menjadi tuan rumah festival budaya Asia Pasifik, terutama Melanesia. Ini adalah apresiasi besar atas kesan mendalam yang beliau rasakan saat berkunjung ke NTT,” ungkap Gubernur Melki.
Ia menegaskan bahwa penunjukan ini bukan hanya kebanggaan bagi masyarakat NTT, tetapi juga tanggung jawab besar untuk menunjukkan wajah budaya Indonesia bagian timur di mata dunia.
“Momentum ini bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga cara kita menunjukkan bahwa NTT siap menjadi jendela peradaban Melanesia di Asia Pasifik,” tambahnya.
Festival yang akan digelar di NTT ini merupakan bagian dari Melanesian Arts and Culture Festival (MACFEST) sebuah agenda besar yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali oleh negara-negara anggota Melanesia Spearhead Group (MSG).
Tujuan utama festival ini adalah menyatukan masyarakat Melanesia dan merayakan bahasa, tradisi, serta kekayaan seni yang unik di kawasan Pasifik dan Indonesia timur.
Berbagai kegiatan yang akan digelar dalam festival tersebut meliputi: Seni pertunjukan: tarian tradisional, musik daerah, dan pentas budaya. Pameran budaya: kerajinan tangan, warisan leluhur, hingga busana adat. Dan forum kerja sama: konferensi, diskusi budaya, hingga pemutaran film yang memperkuat solidaritas negara-negara Melanesia.
Gubernur Melki berharap, semua provinsi di Indonesia yang memiliki akar budaya Melanesia, seperti Papua, Maluku, dan NTT, dapat mengirimkan delegasi terbaiknya untuk berpartisipasi.
Selain memperkuat posisi NTT sebagai pusat kebudayaan Melanesia, festival ini juga diharapkan menjadi ajang promosi besar-besaran bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif daerah.
“Kita ingin agar festival ini menjadi momentum untuk mempromosikan keindahan alam, kuliner, dan produk-produk kreatif Flobamorata. Dunia harus tahu bahwa NTT tidak hanya kaya budaya, tapi juga punya potensi besar di bidang pariwisata dan ekonomi lokal,” ujar Gubernur Melki dengan optimis.
Pemerintah Provinsi NTT, lanjutnya, tengah menyiapkan infrastruktur, fasilitas, serta promosi terpadu agar penyelenggaraan festival ini berjalan sukses dan berdampak langsung bagi masyarakat lokal.
Gubernur Melki menutup sambutannya dengan mengajak seluruh masyarakat NTT untuk menjadi tuan rumah yang baik, sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa NTT adalah daerah yang berbudaya, ramah, dan terbuka bagi kolaborasi antarbangsa.
“Mari kita jadikan Festival Melanesia ini sebagai panggung besar untuk menunjukkan wajah sejati Flobamorata tanah yang penuh persaudaraan, kreativitas, dan semangat kemanusiaan. Dari NTT untuk Melanesia, dari Melanesia untuk dunia,” pungkasnya.
Festival Asia Pasifik–Melanesia 2025 diharapkan akan dihadiri ribuan peserta dari berbagai negara anggota MSG seperti Papua Nugini, Fiji, Kepulauan Solomon, Vanuatu, dan Indonesia, serta menjadi tonggak baru diplomasi budaya Indonesia Timur di kawasan Pasifik.
Editor: Ocep Purek
