Gubernur Melki Dorong Sinergi Pokja AMPD: Bangun NTT yang Siaga dan Tangguh Hadapi Bencana
![]() |
Sambutan Gubernur NTT Melki Laka Lena dalam acara Sosialisasi dan Pembentukan Kelompok Kerja Aksi Merespon Peringatan Dini (AMPD). Foto: Ocep Purek |
Kegiatan ini menjadi penanda komitmen kolektif lintas sektor dalam membangun provinsi yang lebih tangguh dan siap menghadapi berbagai bencana.
Acara yang diselenggarakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi NTT ini dihadiri oleh unsur Forkopimda NTT, Asisten Administrasi Umum Setda NTT selaku Plt. Kalaksa BPBD, para pimpinan perangkat daerah, perwakilan instansi vertikal, PMI pusat dan daerah, hingga mitra lembaga non-pemerintah yang hadir secara luring maupun daring.
Dalam sambutannya, Gubernur Melki Laka Lena menegaskan pentingnya perubahan paradigma dalam manajemen bencana.
Menurutnya, penanganan bencana tidak lagi cukup hanya dilakukan saat bencana sudah terjadi. Justru, kekuatan utama ada pada upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan.
"Kita harus menyadari bahwa peringatan dini adalah bagian dari penyelamatan. Jeda waktu antara peringatan dan bencana harus digunakan sebaik mungkin untuk aksi nyata,” kata Melki.
Ia menekankan pentingnya kerja lintas pihak yang diatur dalam Protokol AMPD berdasarkan berbagai regulasi nasional, termasuk Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Dari 12 jenis ancaman bencana di NTT, tujuh di antaranya bersifat hidrometeorologis yang terjadi hampir setiap tahun. Maka, AMPD ini bukan hanya proyek. Ini adalah fondasi bagi NTT yang lebih siap, lebih tangguh, dan lebih manusiawi," tegasnya.
Menurutnya, sepanjang Januari 2025 saja, kita sudah menghadapi 186 kejadian bencana di NTT. Dari jumlah itu, 50% berupa banjir yang merendam permukiman dan lahan pertanian rakyat. Sementara 40% lainnya berupa kerusakan tanaman akibat cuaca ekstrem, dan 10% sisanya adalah gelombang pasang serta abrasi yang menggerus wilayah pesisir kita.
Bencana-bencana ini tidak hanya terjadi di satu dua titik, lanjutnya, tetapi tersebar dari Sumba Timur, Flores Timur, Lembata, Maumere, Ende, hingga ke daratan Timor seperti TTS dan TTU.
Ini adalah peringatan nyata bahwa kita tidak bisa lagi hanya bersikap reaktif. Kita harus membangun kesiapsiagaan bersama, lintas sektor dan lintas wilayah.
Melki juga berbagi kisah tentang pengalamannya mendampingi Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Berencana saat terjadi erupsi Gunung Lewotobi baru-baru ini.
Ia menggambarkan betapa seriusnya ancaman bencana alam di wilayah ini dan pentingnya kesiapsiagaan penuh dari seluruh elemen masyarakat.
Di akhir sambutannya, Gubernur mengajak seluruh elemen pemerintah, PMI, TNI/Polri, lembaga mitra, media, dan masyarakat untuk membangun kesadaran kolektif terhadap risiko bencana.
"Mari kita bangun masyarakat yang sadar dan peka bencana. Tidak ada orang buta menuntun orang buta. Tidak ada orang sakit menuntun orang sakit. Hanya dengan kolaborasi kita bisa menyelamatkan lebih banyak jiwa," pungkasnya.
Gubernur Melki lalu membuka kegiatan secara resmi dengan lima ketukan palu, sebagai simbol gerakan bersama menuju NTT yang maju, sehat, cerdas, sejahtera dan berkelanjutan.
Sementara itu, Plt. Ketua PMI Provinsi NTT menyampaikan bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional bukan sekadar simbol kemanusiaan, tetapi kekuatan nyata yang hadir dalam situasi krisis.
PMI NTT, katanya, tak hanya hadir dalam respon cepat terhadap bencana, tetapi juga bergerak dalam pencegahan dan penguatan komunitas.
"Kami mengapresiasi kehadiran Bapak Gubernur yang selalu memberi ruang dan dukungan penuh untuk misi kemanusiaan. PMI hari ini tak lagi sekadar memberi bantuan pasca-bencana, tetapi juga membangun ketangguhan lokal bersama mitra lintas sektor," ujar Plt. Ketua PMI NTT.
Ia juga memaparkan beberapa program unggulan PMI di NTT, antara lain:
1. Program ELEKTRA (Empowering Local Intensity & Community To Take Rapid Action), bekerja di wilayah pesisir Kabupaten Manggarai hingga 2027.
2. Cross-Border Collaboration dengan Timor Leste melalui penguatan kapasitas PMI lintas batas negara.
3. Respon bencana Gunung Lewotobi, termasuk distribusi air bersih bagi para pengungsi.
4. Promosi donor darah dan pelayanan air bersih, khususnya untuk wilayah rawan kekeringan.
5. Gudang logistik besar bantuan Selandia Baru yang siap melayani seluruh wilayah NTT.
Editor: Ocep Purek