Gubernur Melki Tegaskan Sinergi Jadi Kunci Kendalikan Inflasi dan Bangun Ketahanan Pangan di NTT
![]() |
Arahan Gubernur NTT, Melki Laka Lena dalam acara kegiatan High Level Meeting dan Capacity Building Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT. Foto: Ocep Purek |
Hal tersebut disampaikan Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, dalam sambutannya pada kegiatan High Level Meeting dan Capacity Building Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT yang digelar di Hotel Neo Aston Kupang, Selasa (15/7/2025).
Kegiatan yang mengangkat tema “Sinergi Memperkuat Ketahanan Pangan untuk Ekonomi NTT yang Tumbuh Kuat dan Berkelanjutan” ini dihadiri oleh berbagai pejabat tinggi, baik pusat maupun daerah.
Kegiatan strategis ini turut dihadiri oleh Wakil Gubernur NTT, Kapolda NTT, Danrem 161/Wira Sakti, Deputi Badan Pangan Nasional Brigjen (Purn) TNI Suardi Samiran, Deputi Kemenko Perekonomian Dr. Ferry Irawan, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional Dr. Andriko Noto Susanto (secara virtual), Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT Agus Sistyo Widjajati, Kepala OJK NTT, para pimpinan perangkat daerah provinsi, unsur perbankan, serta TPID kabupaten/kota se-NTT.
Dalam sambutannya, Gubernur Melki menekankan pentingnya kolaborasi untuk mengatasi inflasi secara menyeluruh, terutama melalui penguatan ketahanan pangan dari tingkat rumah tangga, desa, hingga provinsi.
“Kita patut bersyukur karena inflasi NTT masih di bawah angka nasional. Per Juni 2025, kita berada di angka 1,72% (year-on-year), lebih rendah dari nasional sebesar 1,87%. Tapi kita tidak boleh lengah. Harga-harga pangan bisa melonjak kapan saja jika tidak diantisipasi,” ujarnya.
Gubernur juga menekankan pentingnya intervensi langsung terhadap harga pangan, baik melalui pasar murah, bantuan sosial, maupun pemanfaatan lahan pekarangan untuk produksi pangan keluarga.
Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah bersama Bank Indonesia, Bulog, OJK, pelaku usaha, serta TNI-Polri akan terus melakukan berbagai intervensi pasar guna menjaga ketersediaan dan keterjangkauan bahan pokok.
“Masyarakat juga harus mulai mengoptimalkan pekarangan rumah sebagai lumbung pangan keluarga. Ini bagian penting dari penguatan ketahanan pangan kita,” tambahnya.
Lebih lanjut, Gubernur Melki menyoroti pentingnya hilirisasi sektor pertanian, peternakan, dan perikanan agar NTT tidak hanya menjadi penyedia bahan mentah, melainkan mampu menghasilkan produk bernilai tambah.
“Kita punya potensi besar dari sektor perikanan. Cold storage harus dioptimalkan agar ikan hasil tangkapan tidak cepat rusak. Jangan sampai ikan kembung yang berlimpah malah jadi penyumbang inflasi karena distribusi dan penyimpanan yang buruk,” tegasnya.
Program One Village One Product (OVOP) juga didorong sebagai langkah strategis untuk mendorong setiap desa mengembangkan produk unggulan berbasis potensi lokal yang bisa diolah dan dipasarkan secara lebih luas.
Gubernur juga menekankan pentingnya pembangunan irigasi tersier, konektivitas antarwilayah, serta peran perbankan dalam mendukung akses pembiayaan bagi petani, peternak, dan nelayan.
“Sektor pertanian kita tumbuh tinggi pada triwulan pertama 2025. Tapi untuk mempertahankan momentum ini, kita butuh dukungan dari sektor keuangan dan infrastruktur yang memadai,” katanya.
Gubernur juga menyinggung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Pemerintah Pusat, dan mendorong agar kelompok tani-nelayan serta koperasi desa turut dilibatkan dalam mendukung rantai pasok program tersebut.
Di akhir sambutan, Gubernur Melki mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga semangat kerja bersama dan gotong royong sebagai nilai utama dalam membangun ketahanan pangan dan ekonomi daerah.
“Semangat Bung Karno yang merenungkan Pancasila di Ende harus menjadi jiwa kita. Gotong royong adalah kunci untuk membangun ketahanan pangan dan ekonomi yang kuat. Mari kita kendalikan inflasi, bangun NTT dari desa, dari rakyat, dan untuk rakyat,” serunya penuh semangat.
Gubernur juga menyampaikan apresiasi kepada dua pejabat yang akan berpindah tugas, yakni Kepala Kantor Perwakilan BI NTT Agus Sistyo Widjajati dan Danrem 161/Wira Sakti, atas kontribusinya dalam pengendalian inflasi dan penguatan ekonomi daerah.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjajati, menyampaikan bahwa inflasi NTT saat ini relatif terkendali. Namun, ia menekankan pentingnya mengurangi disparitas antarwilayah serta menjaga kestabilan harga komoditas utama.
“Dulu kita selalu di peringkat atas inflasi nasional, sekarang bisa berada di bawah. Ini capaian besar. Tapi kita harus waspadai lima komoditas utama penyumbang inflasi, yakni cabai rawit, beras, bawang merah, kopi bubuk, dan ikan kembung,” jelasnya.
Ia menyebut, dari pemantauan di lima kota IHK di NTT Kupang, Maumere, Atambua, Waingapu, dan Ruteng masih terdapat ketimpangan inflasi. Misalnya, inflasi tahunan di Kupang tercatat 1,15%, sedangkan di Ruteng mencapai 2,45% akibat tekanan harga bahan pokok.
Agus juga menekankan pentingnya kampanye mencintai produk lokal, termasuk kopi NTT yang dinilai masih kalah bersaing dengan kopi dari luar daerah.
“Kita sudah punya banyak kopi lokal berkualitas. Kita harus mulai cinta produk kita sendiri, karena itu juga bagian dari strategi pengendalian inflasi,” tambahnya.
Menurutnya, sebagian besar komoditas penyumbang inflasi bergantung pada cuaca, pasokan, dan distribusi antarpulau. Ia mencontohkan, ikan kembung dalam dua bulan terakhir menjadi pemicu inflasi akibat minimnya pasokan dan distribusi.
Untuk itu, BI mendorong pemerintah daerah aktif melakukan intervensi pasar, baik melalui operasi pasar, BUMDes, maupun penguatan ekosistem pangan lokal seperti urban farming, subsidi benih, dan koperasi tani.
Melalui kegiatan ini, Pemerintah Provinsi NTT kembali menegaskan komitmen untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.
Kolaborasi yang inklusif dan berkelanjutan menjadi harapan bersama agar NTT semakin tangguh menghadapi tantangan global. “Mari Kita Bersama Mengendalikan Inflasi di NTT, Ayo Bangun NTT!”
Editor: Ocep Purek