News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

21 Tahun Perjuangan Jemaat, Gubernur Melki: Gereja Harus Jadi Mitra Pembangunan

21 Tahun Perjuangan Jemaat, Gubernur Melki: Gereja Harus Jadi Mitra Pembangunan

Gubernur NTT Melki Laka Lena menghadiri pentahbisan Gereja Jemaat GMIT Yunus Nunumeu di Kota Soe. Foto: Ocep Purek 
Soe,NTTpride.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena menghadiri pentahbisan Gereja Jemaat GMIT Yunus Nunumeu di Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Senin (29/9/2025).

Acara ini menjadi puncak dari perjalanan panjang pembangunan selama 21 tahun yang dikerjakan dengan semangat gotong royong dan iman jemaat.

Turut hadir Ketua DPRD Provinsi NTT bersama anggota, Bupati TTS Eduard Markus Lioe, Kepala Kejaksaan Negeri TTS, Dandim 1621/TTS, pimpinan DPRD TTS, Sekda Kabupaten Kupang, Wakil Sekretaris Majelis Sinode GMIT, Ketua Majelis Klasis Soe, para pendeta, dan ratusan jemaat.

Ketua Panitia, Yusak Saekoko dalam laporannya memaparkan bahwa cikal bakal pembangunan gereja dimulai pada 10 Oktober 2004, ketika tokoh jemaat, masyarakat, agama, dan pemuda bersepakat membentuk panitia pembangunan. Panitia inti terdiri dari Yunus Saekoko (Ketua Umum), David (Sekretaris Umum), Sarah Kartini (Bendahara Umum) dengan jumlah anggota awal 128 orang.

Keluarga besar Saekoko kemudian menghibahkan tanah seluas 7.487 m² sebagai lokasi pembangunan, yang mula-mula diberi nama Gereja Efata Nunumeu. Perjalanan pembangunan tidak mudah: keterbatasan dana, minimnya tenaga ahli, konflik internal, hingga wafatnya Ketua Umum Panitia pada 2014 menjadi ujian berat.

Namun, berlandaskan firman Tuhan dalam Mazmur 127:1 jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah orang yang membangunnya – kami tetap melanjutkan perjuangan dengan air mata dan doa,” ujar Yusak.

Biaya pembangunan yang semula direncanakan Rp1,18 miliar membengkak menjadi Rp3,13 miliar hingga tahun 2025, dengan sisa utang Rp253 juta kepada pihak ketiga.

Seiring pembangunan, jumlah jemaat juga bertumbuh dari 244 KK dengan 944 jiwa pada 2004 menjadi 554 KK dengan 2.234 jiwa pada 2025.

Kini, gereja utama berukuran 25 x 40 meter dengan dua menara dan mimbar telah berdiri, dilengkapi ruang kantor. Ke depan, masih ada rencana pembangunan taman edukasi, pagar keliling, gedung serbaguna, fasilitas olahraga, TK/PAUD, dan rumah pastori tambahan.

Atas nama panitia, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak klasis, majelis jemaat, pemerintah, hingga para donatur yang telah mendukung perjalanan iman ini,” tutup Yusak.

Bupati TTS, Eduard Markus Lioe, S.IP, SH, MH, menegaskan bahwa pembangunan gereja bukan sekadar fisik, melainkan simbol iman, harapan, dan kasih jemaat.

Gedung ini adalah pusat pertumbuhan rohani, tempat umat berkumpul untuk memuji Tuhan, memperdalam Firman, dan mempererat persaudaraan. Firman Tuhan mengingatkan, jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya,” ujarnya.

Eduard menyampaikan apresiasi kepada panitia, pelayan jemaat, dan seluruh warga yang berkorban tenaga, waktu, dan dana, serta para donatur dan tokoh masyarakat yang ikut menopang pembangunan.

Ia mengaitkan momentum ini dengan tantangan pembangunan TTS, seperti kemiskinan ekstrem, tingginya angka putus sekolah, serta pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal, khususnya kopi.

Kami membuka ruang kolaborasi dengan semua pihak, termasuk gereja, untuk memikirkan dan mengatasi masalah-masalah ini. Pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri,” tegasnya.

Ia berharap gereja tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pembinaan iman, pendidikan rohani, dan pelayanan sosial.

Marilah kita jaga dan rawat gedung ini dengan penuh tanggung jawab sebagai warisan iman bagi generasi mendatang. Gereja ini harus menjadi berkat bagi banyak orang,” pungkasnya.

Gubernur NTT, Melki Laka Lena mengapresiasi semangat jemaat yang membangun gereja dengan gotong royong dan doa.

Kalau bukan karena rahmat Tuhan, semangat kebersamaan, dan pengorbanan, mustahil gereja megah ini berdiri. Gereja bukan sekadar bangunan kokoh, tetapi simbol iman, pusat penguatan rohani, dan rumah doa bagi semua,” ujarnya.

Melki menegaskan, gereja adalah mitra strategis pemerintah dalam membangun manusia seutuhnya: pusat pendidikan iman, solidaritas sosial, sekaligus penggerak ekonomi jemaat.

Ia menyoroti dua isu penting yang perlu dikolaborasikan:

1. Penguatan Ekonomi Lokal – Gereja didorong mendukung Gerakan Beli NTT dan konsep One Village One Product. Setiap gereja bisa mengembangkan produk unggulan jemaat dari pertanian, peternakan, perikanan, atau kerajinan, untuk dipasarkan melalui NTT Mart.

2. Peningkatan Kesehatan dan Pendidikan – Gereja diminta mengingatkan jemaat soal gizi seimbang, kebersihan lingkungan, hingga pengelolaan keuangan keluarga. Ia juga menyoroti rendahnya kualitas pendidikan NTT yang berada di peringkat 35–38 dari 38 provinsi.

Ini memprihatinkan. Kita harus membangkitkan kembali semangat belajar anak-anak melalui dorongan dari mimbar gereja,” tegasnya.

Menutup sambutannya, Gubernur menyampaikan selamat atas pentahbisan gereja dan pastori.

Gedung ini harus menjadi ruang yang melahirkan gagasan, karya nyata, dan berkat bukan hanya bagi Jemaat Yunus Nunumeu, tetapi juga bagi masyarakat Kota Soe dan seluruh TTS,” pungkasnya.

Pentahbisan Gereja GMIT Yunus Nunumeu bukan hanya peresmian bangunan fisik, tetapi juga perayaan iman, ketekunan, dan kerja sama jemaat dalam menghadapi berbagai pergumulan. Kehadiran Gubernur NTT, Bupati TTS, dan pimpinan gereja menegaskan bahwa gereja dan pemerintah berjalan bersama membangun masyarakat NTT yang beriman, sejahtera, dan bermartabat.

Editor: Ocep Purek 

TAGS

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama