Gubernur Melki Tantang HIPMI NTT Ambil Peluang Program Pusat, Garap Air Mineral, dan Perkuat Bisnis Lokal
![]() |
| Gubernur NTT Melki Laka Lena menghadiri acara Welcome Dinner bersama Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi NTT. Foto: Ocep Purek |
Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus konsolidasi para pengusaha muda jelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) BPD HIPMI NTT yang mengusung tema “Kolaborasi Pengusaha Muda Membangun NTT.”
Turut hadir dalam acara itu, Ketua OKK BPP HIPMI Tri Febrianto Damu, Korwil HIPMI Bali-Nusra Bang Ari SW, Ketua Dewan Kehormatan BPD HIPMI NTT Fahmi Abdulahi, serta jajaran pengurus BPD dan calon pengurus HIPMI NTT periode 2025–2029.
Dalam sambutannya, Ketua Umum BPD HIPMI NTT Moh. Ikhsan Darwis menyampaikan apresiasi kepada Gubernur yang telah membuka pintu rumah jabatan untuk ajang silaturahmi dan konsolidasi ini.
“Terima kasih Pak Gubernur yang sudah menyediakan tempat untuk kami berkumpul dan mempererat hubungan antar pengurus. Malam ini menjadi momentum penting agar pengurus dan anggota HIPMI bisa saling mengenal dan membangun kekompakan sebelum Musda besok,” ujar Ikhsan.
Ia menekankan pentingnya sinergi antara pengusaha muda dan pemerintah daerah dalam pembangunan ekonomi NTT.
“Banyak di antara kami adalah pelaku UMKM yang siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk membuka lapangan kerja baru dan memperkuat ekonomi daerah. Tema Musda kami ‘Kolaborasi Pengusaha Muda Membangun NTT’ sejalan dengan visi Pak Gubernur. Kami ingin HIPMI hadir bukan hanya sebagai organisasi, tapi sebagai mitra nyata dalam pembangunan,” tegasnya.
Menanggapi semangat tersebut, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena memberi dorongan kuat kepada para pengusaha muda agar berani mengambil peran strategis dalam berbagai sektor pembangunan.
“Saya berharap HIPMI NTT bisa menjadi ujung tombak dalam pembangunan daerah. Kondisi fiskal kita memang terbatas, tapi peluang lewat program pusat sangat besar. Masalahnya, uang turun lebih cepat daripada kesiapan kita menyambutnya. Di situ peran pengusaha muda dibutuhkan,” ujar Melki tegas.
Gubernur Melki menekankan pentingnya kecepatan dan kesiapan daerah dalam menangkap peluang investasi dan program nasional yang bernilai besar.
“Desain keuangan negara saat ini membuat ruang fiskal daerah makin terbatas. Tapi peluang besar justru datang dari program pusat. Contohnya, program MBG yang berjalan di NTT mencapai Rp7 triliun, lebih besar dari APBD Provinsi NTT yang hanya sekitar Rp5 triliun,” ungkap Melki.
Namun, ia menyoroti bahwa kecepatan pemerintah daerah dan dunia usaha dalam menyiapkan ekosistem ekonomi lokal sering kali tertinggal dibanding arus dana yang turun dari pusat.
“Selama ini uang dari pusat turun lebih cepat daripada kesiapan kita menyambutnya. Akibatnya, uang itu tidak sempat berputar di NTT, malah kembali ke luar. Karena itu saya minta pengusaha muda HIPMI ambil posisi sambut peluang ini, jangan biarkan lewat begitu saja,” tegasnya.
Melki menyoroti sektor-sektor potensial yang masih terbuka lebar, seperti pertanian, peternakan, garam, energi terbarukan, dan industri air mineral lokal.
“Pertanian menyumbang 30 persen PDRB kita, tapi belum banyak pengusaha muda yang terlibat. Begitu juga urusan garam, energi, dan air mineral. Saya ingin HIPMI ambil posisi di sana. Jangan tunggu investor luar, kita yang mulai duluan,” katanya.
Ia menambahkan, pemerintah daerah telah memperjuangkan banyak proyek strategis, termasuk pengembangan industri garam rakyat di Rote, Kupang, TTU, Belu, Malaka, dan Flores Timur.
“Presiden sudah memutuskan, Bupati sudah mendukung, sekarang tinggal teman-teman HIPMI yang ambil posisi. Kami di pemerintah siap melindungi agar pengusaha lokal dapat bagian dari rantai bisnis ini,” ujarnya.
Gubernur juga menyinggung pentingnya keberanian anak muda untuk mengambil peran dalam rantai produksi dan perdagangan.
Gubernur Melki juga menyoroti potensi besar sektor konsumsi dasar, seperti air mineral lokal, yang menurutnya masih didominasi produk luar daerah.
“Saya sudah cek, hampir semua pengusaha air mineral di NTT itu baru bisa mengisi pasar sekitar Rp200 sampai Rp250 miliar per tahun. Padahal, total kebutuhan air minum kemasan di NTT jauh lebih besar dari itu,” ujarnya.
Melki menegaskan, pengusaha muda harus berani masuk ke sektor ini agar uang masyarakat tidak terus mengalir keluar daerah.
“Kita tidak boleh terus jadi pasar bagi produk luar. Saya ingin HIPMI menantang diri: bangun pabrik air mineral sendiri, pakai sumber air lokal. Pemerintah siap proteksi dan dukung penuh,” tegasnya.
Melki mengingatkan, defisit perdagangan NTT yang mencapai Rp51 triliun menjadi sinyal penting untuk memperkuat produksi lokal.
“Kita impor pinang dari luar NTT senilai Rp700 miliar setahun, padahal kita punya lahan dan tenaga. Ini saatnya kita balik arah produksi sendiri, jual keluar,” ujarnya dengan nada menantang.
Ia menegaskan, konsep “One Village One Product” dan “One School One Product” yang sedang dijalankan Pemprov NTT akan lebih efektif bila digerakkan bersama oleh dunia usaha muda.
“Kita ingin agar setiap desa dan sekolah punya produk unggulan. HIPMI harus jadi penggerak utama agar ekonomi daerah berputar dari bawah,” katanya.
Melki memastikan, Pemerintah Provinsi NTT akan menjadi mitra yang terbuka bagi dunia usaha, khususnya pengusaha muda yang ingin mengembangkan inovasi di daerah.
“Kami akan terus menjaga agar pengusaha muda lokal punya ruang dalam setiap proses bisnis strategis di NTT. Pemerintah siap mendukung agar HIPMI bisa tumbuh dan membuka lebih banyak lapangan kerja,” ujar Gubernur Melki.
Ia juga menegaskan bahwa kolaborasi ini bukan sekadar retorika, melainkan langkah konkret untuk mengurangi defisit perdagangan daerah dan meningkatkan nilai tambah produk lokal.
Pertemuan hangat antara Gubernur NTT dan para pengusaha muda HIPMI NTT malam itu tidak sekadar seremoni, melainkan ruang lahirnya gagasan kolaboratif untuk membangun ekonomi daerah.
Dengan energi baru dan semangat muda, HIPMI diharapkan mampu menjadi penggerak utama transformasi ekonomi menuju NTT yang mandiri, produktif, dan kompetitif.
Editor: Ocep Purek
