News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kupang Jadi Pusat Diplomasi Budaya Pasifik, Gubernur Melki: Kita Punya “DNA Kultural” yang Sama

Kupang Jadi Pusat Diplomasi Budaya Pasifik, Gubernur Melki: Kita Punya “DNA Kultural” yang Sama

Foto bersama antara Gubernur, Wakil Gubernur, Forkompinda NTT dengan perwakilan diplomasi Indonesia Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025. Foto: Ocep Purek 
Kupang Menyambut Dunia Pasifik

Kupang,NTTPride.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena menegaskan peran strategis NTT sebagai “gerbang budaya dan diplomasi kemanusiaan antara Indonesia dan negara-negara Pasifik”, dalam acara Welcoming Dinner Indonesia Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025: Celebrating Shared Heritage and Cultural Wisdom yang digelar di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT, Selasa malam (11/11/2025).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan RI ini menjadi momentum penting bagi Kupang untuk menunjukkan posisinya sebagai simpul geopolitik dan geokultural kawasan Pasifik.

Para delegasi dari 16 negara Pasifik hadir dalam suasana penuh kehangatan, disambut dengan Tari Adat Penjemputan ‘Telsain’ dari SMAN 1 Nunkolo, TTS.

Delegasi dan Tamu Kehormatan

Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, Wakil Menteri Dalam Negeri Dr. Rika Haluk, serta para menteri kebudayaan dan perwakilan dari negara-negara Pasifik seperti Fiji, Kiribati, Tuvalu, Palau, Vanuatu, Papua Nugini, Solomon Islands, Tonga, dan New Caledonia. Duta Besar Solomon Islands untuk Indonesia turut hadir bersama pejabat tinggi dari 10 provinsi di Indonesia.

Dari pihak tuan rumah, hadir Wakil Gubernur NTT Irjen Pol (Purn) Dr. Johny Asadoma, Ketua DPRD NTT Emi Nomleni, unsur Forkopimda NTT, serta Wali Kota Kupang dan pimpinan perangkat daerah provinsi.

Dalam sambutannya, Gubernur Melki Laka Lena menyampaikan bahwa NTT bukan sekadar tuan rumah, tetapi juga simbol keterhubungan historis dan kultural antara Indonesia dan dunia Pasifik.

NTT dan Pasifik tidak hanya terhubung oleh geografi, tetapi oleh jiwa dan akar budaya yang sama. Kita berasal dari rahim samudra yang sama dan diikat oleh nilai gotong royong, musyawarah, serta penghormatan kepada alam dan leluhur,” ujar Melki Laka Lena.

Ia menambahkan, penyelenggaraan IPACS di Kupang memiliki makna istimewa karena di tengah dinamika geopolitik global dan isu perubahan iklim, NTT menjadi simpul strategis yang mempertemukan daratan Nusantara dan cakrawala Pasifik.

Menurut Gubernur Melki, IPACS bukan sekadar forum kebudayaan, tetapi peristiwa kebangsaan dan kemanusiaan.

Budaya, katanya, adalah bahasa yang mampu menyatukan dunia ketika politik dan ekonomi justru sering memecah-belah manusia.

Di tengah dunia yang retak oleh sekat-sekat politik, budaya adalah bahasa keheningan yang menyatukan. Dan di tengah percepatan globalisasi, kearifan lokal adalah jangkar kemanusiaan yang menjaga keseimbangan dunia,” tegasnya.

Melki juga menyoroti kesamaan tradisi antara NTT dan Pasifik mulai dari penggunaan bambu dan daun pandan, sistem sosial komunal, hingga makanan pokok berbasis umbi dan hasil laut sebagai bukti nyata DNA kultural yang sama.

Lebih lanjut, Gubernur NTT menilai bahwa diplomasi sejati lahir dari jiwa yang saling memahami dan menghormati, bukan semata-mata dari dokumen formal.

Diplomasi kita di Pasifik bukan berbasis kepentingan, tapi pada kesamaan rasa dan sejarah. Kita berbagi roh yang sama dalam seni, musik, tarian, hingga cara berdoa,” katanya.

Ia berharap forum IPACS 2025 melahirkan gagasan strategis dan kolaborasi nyata lintas negara, guna membangun masa depan kawasan Pasifik yang berlandaskan kasih, keadilan, dan keberlanjutan.

Malam ini Kupang bukan sekadar tuan rumah, melainkan panggung di mana roh persaudaraan Pasifik menari bersama. Semoga dari Kupang, cahaya persaudaraan ini menyala ke seluruh samudra,” tutup Melki.

Setelah sambutan, Gubernur NTT bersama Wakil Gubernur mengalungkan kain tenun khas NTT kepada para tamu kehormatan sebagai simbol persaudaraan lintas budaya.

Acara kemudian diisi dengan penampilan paduan suara, musik tradisional “Musik Kampung” dari Kabupaten Sikka, dan tarian kolaboratif NTT oleh Jemmy Dance Academy, yang menggambarkan harmoni antara tradisi lokal dan semangat Pasifik.

Malam budaya ini bukan sekadar jamuan seremonial, tetapi menjadi momentum bagi Kupang untuk menegaskan diri sebagai pusat diplomasi budaya Indonesia di kawasan Pasifik.

Dari bumi Flobamorata, semangat “Ayo Bangun NTT, Ayo Bangun Indonesia, Ayo Bangun Kawasan Pasifik” menggema membawa pesan bahwa diplomasi sejati dimulai dari penghormatan terhadap budaya dan kemanusiaan.


Editor: Ocep Purek 

TAGS

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.