Tutup IPACS 2025 di Kupang, Menteri Fadli Zon: Budaya Adalah Jembatan Persaudaraan Pasifik
Kupang, NTTPride.com – Bukan sekadar ajang pertunjukan budaya, Indonesia-Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025 menegaskan posisi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai pusat diplomasi budaya baru di kawasan Pasifik.
Selama tiga hari, 11–13 November 2025, semangat persaudaraan lintas bangsa berdenyut kuat di Hotel Harper Kupang, tempat para seniman dan pemimpin budaya dari sepuluh negara Pasifik dan tujuh provinsi Indonesia berkolaborasi dalam simfoni bambu, musik, dan tarian.
Acara penutupan yang berlangsung pada Kamis (13/11/2025) dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, dan Wali Kota Kupang Christian Widodo.
Pertunjukan penutup menghadirkan kerajinan bambu, musik, dan tarian tradisional, yang memukau penonton dan menegaskan kekayaan budaya serta semangat kebersamaan lintas bangsa.
Tahun ini, program residensi budaya IPACS berfokus pada tema bambu sebagai simbol konektivitas dan ketahanan, melibatkan 62 peserta dari berbagai negara Pasifik. Selama beberapa minggu, mereka berkolaborasi di Kupang, menenun harmoni antara tradisi dan inovasi.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut IPACS sebagai momen penting untuk mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan negara-negara Pasifik.
“Melalui ekspresi budaya seperti bambu, tarian, dan musik tradisional, kita tidak hanya memperkuat hubungan antarnegara, tetapi juga menghidupkan kembali jejak migrasi nenek moyang yang menghubungkan kita di masa lalu,” ujar Fadli.
Ia menambahkan, IPACS bukan hanya wadah pertukaran budaya, tetapi juga strategi promosi budaya daerah, khususnya NTT, yang dinilai memiliki kedekatan alami dengan ritme dan jiwa budaya Pasifik.
Fadli menegaskan, kerja sama ini akan dilanjutkan dalam bentuk residensi budaya lintas negara, program beasiswa bagi pelajar Pasifik di Indonesia, serta kolaborasi menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim.
“Kami sepakat memperkuat kerja sama budaya dan menjadikannya bagian dari diplomasi Indonesia di Pasifik. Semua ini sudah dituangkan dalam joint statement,” ungkapnya.
Sementara itu, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menyampaikan apresiasi kepada Menteri Kebudayaan atas inisiatif penyelenggaraan IPACS di Kupang.
“Melalui kegiatan ini, kita di kawasan Pasifik bisa saling bertemu. Tidak hanya dari 16 negara Pasifik, tetapi juga 10 provinsi Indonesia. Ini pertemuan yang sangat berharga,” ujarnya.
Melki menyebut banyak peserta dari negara Pasifik merasa menemukan rumah kedua di NTT.
“Mereka mengatakan Indonesia, khususnya NTT, adalah the real Pacific. Ada kemiripan dalam makanan, lagu, tarian, budaya bambu, bahkan minuman tradisional,” katanya.
Ia berharap kolaborasi budaya ini dapat berdampak pada pengembangan ekonomi kreatif.
“Saya dengar karya para peserta sudah mulai diminati dan ditawar untuk pameran di kota-kota besar. Ini pertanda baik. Kita siap menindaklanjuti kerja sama ini,” pungkas Gubernur Melki.
Dari sisi pemerintah daerah, Wali Kota Kupang Christian Widodo menilai IPACS 2025 membawa multiplier effect ekonomi yang nyata bagi warganya.
“Hotel-hotel penuh, rumah makan ramai, UMKM dan penjual suvenir laku keras. Ini bukti bahwa budaya juga bisa menggerakkan ekonomi lokal,” ungkapnya.
Ia menambahkan, IPACS membuka peluang kerja sama antarnegara di kawasan Pasifik, termasuk kemungkinan program sister city.
“Ini menjadi pintu masuk bagi kerja sama yang lebih luas antara negara-negara Pasifik. Kota Kupang akan ikut merasakan dampaknya,” ujarnya.
Apresiasi juga datang dari berbagai perwakilan negara Pasifik. Menteri Kebudayaan Republik Fiji, Ifereimi Vasu, menyebut IPACS sebagai platform berharga untuk bertukar pengalaman dan menjajaki kolaborasi masa depan.
Sementara Menteri Negara Pariwisata, Seni, dan Budaya Papua Nugini, Belden Norman, menegaskan pentingnya sinergi budaya sebagai kekuatan diplomasi damai di kawasan.
“Jika kita terus memperkuat sinergi budaya di antara negara-negara Pasifik, kita dapat menjadi kekuatan besar dalam menampilkan seni dan budaya kepada dunia,” ujarnya.
Sedangkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Kepulauan Solomon, Choy Lin Yim Douglas, menyoroti potensi besar ekonomi kreatif sebagai hasil nyata dari diplomasi budaya.
“Pertemuan ini menunjukkan bagaimana budaya dapat menjadi jembatan bagi kerja sama dan pembangunan,” katanya.
Penutupan IPACS 2025 bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang persahabatan budaya antara Indonesia dan negara-negara Pasifik.
Dari Kupang, semangat kebersamaan ini akan bergema ke seluruh penjuru Pasifik menghubungkan tradisi dengan masa depan, meneguhkan harmoni di tengah keberagaman, dan membawa pesan damai dari NTT untuk dunia.
“Melalui IPACS, persaudaraan dan persahabatan Nusa Tenggara Timur bersama negara-negara Pasifik akan terus bersinar memberi warna tersendiri dalam peradaban budaya dunia.”
Editor; Ocep Purek
