Terang Kristus Menyala di Ujung Jari: Seruan Gubernur Melki Laka Lena untuk OMK di Era Digital
![]() |
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Melki Laka Lena, menghadiri pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) Komisi Kepemudaan se-Regio Nusa Tenggara dan Bali. Foto: Ocep Purek |
Kegiatan ini mengusung tema “Orang Muda Katolik (OMK) Peziarah Berpengharapan di Era Digitalisasi Modern” dan akan berlangsung selama tiga hari, 25–27 Juli 2025.
Turut hadir dalam acara pembukaan tersebut, Penjabat Sekretaris Daerah Kota Kupang Ignas Lega, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang RD. Krispinus Saku, Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI RD. Kristi Adi Prasetya, Ketua Komisi Kepemudaan Regio Nusra-Bali RD. Lingginus Bone, Ketua DPP Paroki St. Fransiskus Asisi, serta para penasehat, pengurus DPP Paroki, dan ratusan peserta dari berbagai keuskupan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
Dalam sambutannya, Gubernur Melki Laka Lena mengapresiasi tema yang diangkat karena sangat relevan dengan dinamika zaman. Ia menyebut bahwa di tengah gelombang digitalisasi yang begitu masif, orang muda Katolik perlu menjadi pribadi yang adaptif tanpa kehilangan nilai-nilai Kristiani.
“Hari ini semua hal sudah terpengaruh oleh digitalisasi. Gereja pun mulai paperless, teks-teks misa sudah diproyeksikan ke layar. Bahkan anak-anak pun sudah jauh lebih mahir dari orang tua dalam urusan digital,” ujar Gubernur Melki.
Namun, lanjutnya, perkembangan ini perlu disikapi dengan kritis. Ia mengingatkan bahwa digitalisasi membawa peluang sekaligus ancaman, termasuk kemerosotan karakter dan kemampuan dasar seperti membaca buku fisik dan menulis tangan.
Ia bahkan menyinggung sejumlah negara maju yang kini mulai kembali menggiatkan budaya baca-tulis manual pada anak-anak usia dini.
Gubernur juga menyoroti bagaimana dunia digital hari ini, khususnya media sosial, telah menjadi ruang yang sering kali dipenuhi ujaran kebencian, pesimisme, dan sangka buruk, khususnya di konteks NTT.
“Yang viral hari ini bukan substansi, tapi sensasi. Maka kita perlu hadir di ruang digital dengan membawa terang Kristus, menyebar inspirasi, bukan provokasi,” tegasnya.
Selain menyinggung aspek spiritual dan etika digital, Gubernur Melki juga mendorong peran aktif OMK dalam pembangunan ekonomi kreatif. Ia memperkenalkan beberapa program unggulan Pemerintah Provinsi NTT seperti One Village One Product dan One School One Product.
“Saya harap, setiap komunitas OMK berbasis gereja bisa mengembangkan satu produk unggulan. Apakah itu dari bidang peternakan, pertanian, perikanan, atau pariwisata. Kita harus latih anak muda agar produktif dan mandiri,” ajaknya.
Ia juga mengungkap rencana pengembangan NTT Mart dan Restoran Flobamorata yang akan menjadi etalase produk-produk unggulan dan kuliner khas NTT di berbagai kota besar seperti Jakarta dan Bali.
“Kita ini hebat masak daging babi, daging anjing, tapi yang jualan restoran justru orang dari daerah lain. Kita harus hadir dengan identitas dan kebanggaan,” tandasnya.
Gubernur mengajak OMK menjadi agen perubahan, baik dalam iman, pendidikan, maupun ekonomi, tanpa kehilangan akar pada nilai-nilai Kristiani yang kuat.
Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam Rakor kali ini adalah keterlibatan umat dalam menjamu para peserta. Para OMK dari luar kota tak menginap di hotel, melainkan tinggal di rumah-rumah umat yang menjadi tuan rumah selama kegiatan berlangsung.
Gubernur Melki secara khusus mengapresiasi hal ini sebagai bentuk nyata solidaritas dan semangat gereja yang hidup dalam kebersamaan.
“Mari kita tulis, merekam, dan mewartakan terang Kristus di tengah dunia digital. OMK bukan penonton, tapi pelaku sejarah penuh harapan,” pungkas Gubernur Melki menutup sambutannya.
Ketua Komisi Kepemudaan Regio Nusra-Bali, RD. Lingginus Bone, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kehadiran orang muda Katolik di era digital harus menjadi suara yang jernih dan penuh pengharapan.
“OMK bukan sekadar eksis di dunia maya, tapi memanfaatkannya sebagai ruang pewartaan dan kesaksian iman. Kita dipanggil menjadi terang dan garam di dunia yang makin digital, makin cepat, namun juga makin dangkal,” kata Romo Lingginus.
Ia menggarisbawahi pentingnya perjumpaan seperti Rakor ini sebagai wadah diskusi, refleksi, dan penguatan spiritual bagi OMK lintas keuskupan. Ia pun berterima kasih kepada Keuskupan Agung Kupang sebagai tuan rumah, dan kepada Gubernur Melki yang telah mendukung penuh kegiatan ini.
“Saya bangga karena dari dulu Bapak Melki, entah sebagai anggota DPR maupun sekarang sebagai Gubernur, selalu terbuka dan peduli pada gerakan kaum muda Katolik,” ujarnya.
Rakor Komisi Kepemudaan Regio Nusra-Bali yang digelar dua tahun sekali ini sebelumnya dilaksanakan di Keuskupan Larantuka. Tahun depan, rencananya akan digelar di Keuskupan Maumere. Peserta yang hadir berasal dari keuskupan-keuskupan di wilayah Bali, NTT bagian barat, tengah, dan timur.
Acara Rakor akan berlangsung hingga Minggu (27/7) dan akan ditutup dengan Misa Penutupan serta kegiatan rekreatif bersama. Rakor ini diharapkan mampu merumuskan strategi konkret dalam mendampingi OMK di masing-masing keuskupan, serta mendorong mereka untuk menjadi agen transformasi di tengah tantangan zaman digital.
Editor: Ocep Purek