Gubernur Melki: Jatuh dan Gagal Bukan Akhir, Asal Berani Memulai! Pemuda dan Perempuan Harus Jadi Motor Kreativitas NTT
![]() |
| Gubernur NTT Melki Laka Lena membuka secara resmi kegiatan Pelatihan Kreativitas Pemuda Bidang Desain Grafis dan Kuliner serta Youth Campaign Tingkat Provinsi NTT Tahun 2025. Foto: Ocep Purek |
Pesan itu disampaikan Gubernur Melki saat membuka Pelatihan Kreativitas Pemuda Bidang Desain Grafis dan Kuliner serta Youth Campaign Tingkat Provinsi NTT Tahun 2025, yang digelar di Hotel Pelangi Kupang, Senin (27/10/2025). Kegiatan ini berlangsung tiga hari, hingga 29 Oktober 2025, diikuti 120 peserta dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan TTS.
Dalam sambutannya, Gubernur Melki mengapresiasi langkah Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) NTT yang menginisiasi pelatihan berbasis kreativitas dan kewirausahaan.
“Kegiatan ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Provinsi NTT untuk mendorong anak muda milenial dan perempuan menjadi penggerak kreativitas dan ekonomi lokal. Ekonomi hanya bisa tumbuh kalau kita benar-benar menggerakkan potensi daerah sendiri,” tegas Gubernur Melki.
Ia menambahkan, semangat pemberdayaan ini sudah lama ia dorong bahkan sejak menjabat Wakil Ketua Komisi IX DPR RI.
“Dulu saya punya alokasi aspirasi pribadi hampir setiap tahun untuk ratusan kelompok muda di seluruh NTT. Sekarang sebagai Gubernur, dananya memang terbatas, tapi semangatnya tetap sama: setiap rupiah harus menggerakkan ekonomi rakyat, bukan sekadar habis untuk seremoni,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta.
Lebih jauh, Gubernur Melki menekankan bahwa pelatihan ini bukan sekadar memberikan keterampilan teknis, tetapi juga melatih cara berpikir dan keberanian untuk memulai.
“Jangan takut mencoba, jangan takut salah. Selama masih muda, jatuh dan gagal itu hak kalian. Yang penting berani memulai dan jujur dalam proses,” pesan Melki dengan nada inspiratif.
Ia mencontohkan, bahan sederhana seperti pisang bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi bila dipadukan dengan kreativitas dan strategi pemasaran.
“Selama ini kita kirim pisang mentah keluar daerah. Di Bali, makanan dari pisang itu mahal dan bahan bakunya dari NTT. Kenapa kita tidak buat di sini?” tantangnya.
Melki juga mengingatkan generasi muda agar bijak menggunakan teknologi digital.
“Handphone tidak dilarang, tapi harus digunakan untuk hal positif. Jangan sampai justru menjerumuskan pada pornografi, narkoba, atau paham radikal,” pesannya.
Ia menekankan pentingnya pendampingan anak-anak dan remaja agar dunia digital menjadi sarana belajar, bukan ancaman.
Gubernur Melki tak hanya bicara soal ekonomi, tetapi juga karakter dan moralitas generasi muda. Ia menyoroti meningkatnya kasus HIV/AIDS, kekerasan rumah tangga, dan penyalahgunaan narkoba di NTT.
“Saya minta anak-anak muda NTT jadi laki-laki yang menyayangi, bukan menyakiti. Jangan pernah sentuh narkoba sekali masuk, tidak ada pintu keluar. Di Amerika banyak anak muda seperti zombie karena narkoba,” tegasnya.
“Kita ingin pemuda NTT tampil sebagai generasi penyayang, kreatif, dan menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah,” ujarnya penuh keyakinan.
Di akhir sambutannya, Gubernur Melki menyampaikan bahwa hasil pelatihan ini akan ditindaklanjuti melalui program strategis One Village One Product (OVOP) dan One School One Product (OSOP).
“Dari pelatihan ini, peserta akan mendapat bantuan modal usaha Rp10 juta per kelompok. Tapi yang lebih penting dari uang itu adalah semangat untuk berkreasi. Karena dari keberanian mencoba, lahir inovasi,” tutupnya.
Ketua Panitia Pelatihan, dalam laporannya di hadapan Gubernur, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, dengan menggabungkan tiga agenda besar:
Pelatihan Desain Grafis, Pelatihan Kuliner, dan Youth Campaign Tingkat Provinsi NTT.
“Pemuda harus diberi ruang untuk berkreasi. Potensi ini hanya berkembang bila ada dukungan nyata melalui pendidikan, keterampilan, dan kesempatan,” ujarnya.
Ketua Panitia menegaskan, pertumbuhan ekonomi NTT akan sulit tercapai tanpa melibatkan pemuda secara aktif.
“Pertumbuhan lapangan kerja tidak sebanding dengan meningkatnya angkatan kerja. Ini menyebabkan pengangguran terbuka tinggi, terutama di kalangan muda. Karena itu, pelatihan ini jadi momentum untuk mengubah pola pikir dan menumbuhkan kemandirian,” jelasnya.
Ia juga menyinggung tantangan sosial di kalangan pemuda seperti narkoba dan kekerasan dalam rumah tangga.
“Pemuda harus jadi bagian dari solusi, bukan korban dari persoalan,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi langsung dari Dasa Cita 2 Gubernur NTT, yakni menjadikan perempuan dan milenial sebagai motor penggerak kreativitas lokal.
“Kami ingin menggeser mindset bahwa sukses tidak harus jadi ASN atau PPPK. Pemuda bisa sukses lewat jalur wirausaha kreatif dan mandiri,” katanya.
Sebanyak 120 peserta mengikuti pelatihan ini dengan sistem praktik langsung dan pendampingan intensif dari para instruktur profesional, pelaku usaha, BNN NTT, dan beberapa dinas teknis.
“Setiap kelompok akan mendapat bantuan modal usaha Rp10 juta setelah menyusun proposal dan diverifikasi. Untuk tahap awal, kabupaten seperti Ende, Nagekeo, dan Alor sudah menerima bantuan total Rp100 juta,” ungkap Ketua Panitia.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Melki dan Wakil Gubernur Johni Asadoma yang telah memberi ruang lebih luas bagi pengembangan kepemudaan.
“Dulu kegiatan pemuda dari APBD sangat minim. Sekarang, perhatian itu nyata tidak hanya lewat ucapan, tapi lewat program konkret,” ujarnya.
Di akhir laporannya, Ketua Panitia menegaskan komitmen untuk melakukan monitoring dan evaluasi berkelanjutan agar pelatihan ini berdampak nyata.
“Kami akan terus mendampingi peserta agar menjadi pemuda binaan yang produktif dan mandiri. Semoga kegiatan ini melahirkan wirausaha muda kreatif di seluruh NTT,” tutupnya.
Editor: Ocep Purek
