Satu Sekolah Satu Produk! Gubernur Melki Bangun Ekosistem Ekonomi Pendidikan Lewat NTT Mart & Restoran Flobamorata
![]() |
Arahan Gubenur NTT, Melki Laka Lena kepada Dinas P&K NTT dalam acara Rekonsiliasi Dana BOSP Tahap I Tahun Anggaran 2025 dan pelaporan sisa Dana BOSP 2024. Foto: Ocep Purek |
Kunjungan itu bertepatan dengan kegiatan Rekonsiliasi Dana BOSP Tahap I Tahun Anggaran 2025 dan pelaporan sisa Dana BOSP 2024 di Aula Komodo, yang dihadiri seluruh kepala SMA/SMK/SLB se-NTT dan jajaran Dinas Pendidikan.
Dalam arahannya, Gubernur Melki menekankan pentingnya transformasi peran sekolah dari sekadar lembaga pendidikan menjadi pusat produksi dan inovasi lokal.
Ia mendorong implementasi penuh program One School One Product sebagai bagian dari ekosistem One Village One Product yang lebih luas.
“Ke depan, setiap sekolah harus punya produk unggulan. Yang jago tata boga, produksi makanan; yang jago pertanian, hasilkan produk pertanian; yang jago digital, hasilkan aplikasi dan media. Semua harus berdampak langsung ke masyarakat,” tegas Gubernur.
Sebagai langkah konkret mendukung pemasaran hasil-hasil inovasi sekolah dan desa, Pemerintah Provinsi NTT sedang membangun gerai “NTT Mart” semacam minimarket lokal yang akan hadir di setiap kota dan kabupaten.
“NTT Mart ini akan jadi seperti Alfamart atau Indomaret, tapi isinya produk NTT. Keripik, minuman lokal, tenun, kosmetik herbal, dan lainnya. Ini jadi wadah promosi sekaligus alat belajar ekonomi,” ujar Melki.
Dalam waktu dekat, dua hingga tiga gerai per kabupaten akan diluncurkan. Produk-produk sekolah pun akan diprioritaskan sebagai barang jualan, termasuk hasil kreasi SMK seperti pangan olahan, teknologi tepat guna, hingga produk kreatif digital.
Gubernur juga memperkenalkan rencana pembangunan jaringan restoran Flobamorata rumah makan khas NTT yang akan menjadi branding kuliner daerah di seluruh Indonesia.
“Restoran Flobamorata ini akan hadir di semua ibu kota kabupaten, juga di luar NTT seperti Bali dan kota-kota besar. Kita ingin orang tahu, kuliner NTT itu kaya. Kita punya makanan halal, kita punya makanan khas. Semuanya ada,” ujar Melki.
Ia menambahkan, restoran-restoran tersebut juga akan menyerap produk SMK Tata Boga, pertanian, peternakan, dan perikanan dari sekolah-sekolah yang relevan.
Menurut Gubernur, transformasi pendidikan di NTT tak boleh hanya fokus pada kurikulum, tetapi harus berdampak nyata pada kemandirian ekonomi dan kesejahteraan.
Ia menyebut pendidikan bermutu harus bisa menjadi “peredam dampak sosial” dan “penggerak sektor unggulan lokal”.
“Kita tidak bisa lagi sekadar sekolah untuk sekadar lulus. Sekolah harus melahirkan pelaku. Kita siapkan guru dan siswa jadi entrepreneur, tapi dalam regulasi. Jangan takut jadi pengusaha,” katanya.
Pemprov juga sedang menyiapkan regulasi untuk mengatur partisipasi masyarakat dalam mendukung pendidikan secara transparan dan akuntabel.
Gubernur Melki mengajak seluruh kepala sekolah untuk mulai menyusun roadmap pengembangan produk unggulan di sekolah masing-masing dan menyiapkan peserta didik yang bisa langsung berkarya, baik di sektor formal maupun kewirausahaan.
“NTT ini sudah masuk jalur produksi. Tahun ini, produksi pertanian kita naik hampir dua kali lipat. Sekolah-sekolah harus ikut menyuplai tenaga dan ide ke situ. Kita lagi cetak sawah baru, kembangkan peternakan, digitalisasi, semua butuh kontribusi pendidikan,” ungkapnya.
Gubernur Melki menutup arahannya dengan menegaskan bahwa masa depan NTT ada di tangan kolaborasi semua pihak. Ia menyoroti bahwa meskipun APBD pendidikan sudah mencapai Rp2,3 triliun (lebih dari 20 persen), kualitas tidak bisa dibeli hanya dengan uang. Kuncinya ada di sinergi pemerintah, masyarakat, sekolah, dan dunia usaha.
“Kalau kita semua bergerak, sekolah jadi pusat pertumbuhan ekonomi, desa punya produk unggulan, dan pasar kita kuat lewat NTT Mart dan restoran Flobamorata. Inilah jalan kita menuju NTT yang mandiri, berdikari, dan bangga akan jati diri,” pungkasnya.
Editor: Ocep Purek