Pawai Budaya NTT Meriahkan HUT ke-80 RI, Melki Laka Lena Tegaskan Budaya sebagai Motor Pembangunan
![]() |
Gubernur NTT Melki Laka Lena melepas pawai budaya dalam rangka menyongsong HUT ke-80 Kemerdekaan RI. Foto : Ocep Purek |
Acara yang dilepas langsung oleh Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena ini menampilkan 80 peserta dari berbagai instansi, paguyuban etnis, komunitas, dan perguruan tinggi, membawa pesan persatuan dalam keberagaman.
Pawai dimulai dari depan Rumah Jabatan Gubernur NTT dan berakhir di depan Katedral Kristus Raja Kupang. Tampak hadir Wakil Gubernur NTT, Ketua DPRD Provinsi NTT beserta anggota, Wakil Wali Kota Kupang, Forkopimda NTT, pimpinan OPD, serta tokoh masyarakat.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Ambrosius Kodo menyampaikan, pawai budaya tahun ini terinspirasi dari Trisakti Bung Karno yang dicetuskan pada 17 Agustus 1964 berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Kirab budaya ini memastikan NTT tumbuh dan berkembang sebagai bagian integral bangsa Indonesia, dengan kepribadian yang utuh: 100% Indonesia, 100% NTT. Tema kita tahun ini, NTT BaGaYa Merayakan Warisan, Menyongsong Masa Depan, mengajak kita memandang kebudayaan sebagai kekuatan untuk membangun,” kata Ambrosius.
Ia menegaskan, parade ini diikuti 80 peserta dan kegiatan ini tidak hanya menjadi pesta rakyat, tetapi juga sarana pelestarian budaya, promosi pariwisata, wahana silaturahmi, dan hiburan edukatif. Peserta berasal dari SMA/SMK (15 tim), perguruan tinggi (4 tim), OPD (38 tim), paguyuban etnis NTT (5 tim), paguyuban Nusantara dan Tionghoa (16 tim), serta komunitas lainnya.
Selain pelajar dan warga Kota Kupang, parade ini juga diikuti perwakilan etnis dari Kabupaten Sumba Tengah.
“Kita ingin masyarakat mencintai perbedaan, bukan menjadikannya sumber perpecahan. Indonesia akan makmur jika persatuan dan perdamaian terjaga,” tegas Ambrosius.
Dalam sambutannya sebelum melepas peserta pawai, Gubernur Melki Laka Lena menyampaikan apresiasi atas antusiasme masyarakat yang sejak pagi memadati rute pawai. Ia sempat berseloroh soal cuaca panas yang membuat “bedak dan lipstik meleleh” sebagai pemecah suasana.
“Kirab budaya ini bukan hanya memeriahkan kemerdekaan, tetapi juga menggerakkan ekonomi kreatif dan industri wisata. Rantai ekonominya panjang dari penyewaan pakaian adat, dekorasi, transportasi, hingga kuliner semua bergerak,” ujarnya.
Melki menekankan bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi juga sumber kekuatan ekonomi.
“Kirab budaya ini menegaskan peran kelompok adat dan budaya yang bukan hanya memeriahkan kemerdekaan, tetapi juga menggerakkan ekonomi kreatif dan industri wisata. Rantai ekonominya panjang mulai dari penyewaan pakaian adat, transportasi, hingga kuliner semua bergerak,” ujarnya.
Gubernur juga mencontohkan potensi besar budaya NTT yang mendapat pengakuan nasional.
“Baru-baru ini, Bank Indonesia menggelar acara budaya di seluruh Indonesia menggunakan adat NTT. Empat hari acara itu menghasilkan transaksi Rp800 juta. Ini bukti kekayaan budaya kita luar biasa,” tegasnya.
Gubernur memastikan, budaya akan menjadi bagian integral dari pembangunan NTT ke depan.
“Melki–Joni dan seluruh jajaran akan memastikan kebudayaan menjadi motor pembangunan. Mari rayakan kekayaan budaya kita, bersatu untuk rakyat, bertarung membangun NTT. Dirgahayu RI ke-80: Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju!” pungkasnya.
Sepanjang rute pawai, penonton menyemut hingga ke badan jalan. Tarian daerah, musik tradisional, busana adat warna-warni, dan atraksi khas dari berbagai suku menjadi sajian yang memanjakan mata. Tidak sedikit wisatawan mancanegara yang ikut mengabadikan momen ini.
Bagi pelaku usaha lokal, momentum ini menjadi berkah. Penyewaan kostum adat, jasa rias, pedagang makanan, hingga penyedia transportasi mendapat lonjakan permintaan. Bagi warga, ini adalah hiburan rakyat yang sehat dan edukatif.
Pawai Budaya NTT 2025 sekali lagi membuktikan bahwa warisan budaya dapat menjadi penggerak ekonomi sekaligus perekat persatuan.
Editor: Ocep Purek